Kraukk.com

728 x 90

my twitter

Follow g1g1kel1nc1 on Twitter

Rabu, 30 Maret 2016

Kisah Ayah Dan Anak Dalam Film Naga Bonar Jadi 2

"Bujang.. Bujang. Sudah ku bilang kau jangan bertempur malah bertempur...." adalah ciri khas dari kata-kata Naga Bonar dengan logat Medannya. Dari era lawas, kembali tokoh Jendral Naga Bonar hadir di era modern.
 
Kemampuan aktor kawakan Dedy Mizwar memang tidak diragukan lagi. Beradu acting dengan Aktor  Tora Sudiro, sebagai ayah dan anak, membuat film Naga Bonar Jadi 2 , menjadi komedi yang hidup. Bukan hanya tertawa terpingkal tetapi membantu  saya berfikir kembali, apa yang telah saya berikan untuk tanah air.
 
Sekuel dari film lawas Naga Bonar mengajak saya melihat realita kota Jakarta. Kehidupan kaum borjuis dengan kehidupan rakyat jelata. Dan Naga Bonar yang tidak lagi muda dan seorang Jendral jaman perang kemerdekaan ini menjadi jembatan di dua sisi kehidupan ibu kota Negara Indonesia tersebut.  Secara tidak langsung film ini mengajak saya sebagai penonton untuk menilai sendiri masing-masing keduanya yang digambarkan bagai langit dan bumi.
 
Aktor Lukman Sardi  yang berperan sebagai Umar, seorang supir bajaj, sangat prihatin dengan Naga Bonar. Saya juga demikian, ketika melihat seorang veteran, masa harus seperti gelandangan. Apalagi ketika ia hormat di depan patung Jendral Sudirman. Menangis dan berusaha untuk naik. Tatapan aneh banyak orang seperti melihat orang gila yang sedang membuat keonaran. Mengapa bukan Bonaga yang menyisihkan waktunya melainkan supir bajaj yang lebih menghormatinya sebagai orangtua?
 
Yah, inilah realita hidup modern yang mulai menipis untuk mengasihi dan perduli kepada orangtua. Hanya hati dari orang-orang seperti Umar itu yang mampu mendengar keluhan dari mulut yang tak terucap. Menerima setulus hati kehadiran orangtua itu. Yah, itulah gambaran nyata dari Naga Bonar yang sangat menusuk hati saya.
 
Naga Bonar juga menyentil banget rasa nasionalis kepada kaum muda. Muda , kaya , mapan tetapi kurang memiliki rasa  cinta terhadap tanah airnya sendiri. Tidak menghargai peran orangtuanya, para pahlawan ketika mereka menperjuangkan kehidupan  serta arti kemerdekaan. Disaat sudah enak, negeri sendiri malah dijual kepada orang asing. Hal ini yang membuat Naga Bonar kesal kepada anaknya dan kawan-kawannya itu dan mengancam ingin pulang.
 
Film Naga Bonar Jadi 2 mengaduk-aduk emosi. Dialog yang dalam, curahan hati ayah bikin saya mewek. Tik tik tik air mata meleleh.
"Seandainya bukan Mamak kau yang mati, melainkan aku. Tentu kau akan diajarkan oleh kelembutan. Kau akan dengan mudah mengatakan I Love You. Aku minta maaf kau dibesarkan oleh laki-laki yang kasar dan egois, mantan copet pula." Huaaa.. saya meneteskan airmata seperti Bonaga. Lagi deh, cinta orangtua kepada anak sepanjang hidup tapi cinta anak ke orangtua setiap kalau ingat, hehehe..
 
Kisah asmara tentu menjadi bumbu yang sedap dalam sebuah film. Hmm... daya tarik istimewa untuk membuat saya lebih betah untuk nonton sampai habis. Monita, wanita modern ibu kota yang cerdas, cantik dan mandiri. Ia jatuh cinta kepada Bonaga, anak lelaki Naga Bonar. Aiih, kisah cinta jaman sekarang pada umumnya yang sering jalan berdua tapi kalau ditanya, "biarkan hubungan ini berjalan seperti air mengalir." Ckckck senengnya hidup dengan perasaan digantung tanpa kepastian.
 
Saya setuju dengan adegan dimana Naga Bonar menanyakan hubungan Bonita dengan anaknya itu. Walaupun dianggap ikut campur tetapi kalau ngga gitu, kasihan mereka bisa nyanyi nanti : "mau dibawa ke mana hubungan kita". Secara, hanya Nagabonar yang berani suruh-suruh anaknya. Mana berani teman-temannya itu mendesak dia? Walaupun akhirnya yang mendapat ciuman pertama dari Monita adalah ayah Bonaga.
 
Haha.. rasanya bukan hanya Monita yang diperankan oleh Wulan Guritno , saya pun akan mencium pipi ayah yang unik ini. Saya gemas pada saat melihat Nagabonar bermain bola bersama anak-anak. Film ini diproduksi saat kondisi sepakbola sedang lesu darah. Seperti menyindir penonton, kapan era kebangkitan olahraga ini menggema kembali? Macan Asia yang dulu pernah disandang team Indonesia, akahkah terulang lagi?
Biar bagaimana juga fim ini banyak menyampaikan pesannya.
 
Sebuah sumber menuliskan : Nagabonar Jadi 2. Film ini meraih penghargaan sebagai Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2007 dan "Movie of the Year" dari Guardians e-Awards--Wikipedia
Tanggal rilis: 29 Maret 2007 (Indonesia). Walaupun berulang kali ditayangkan, tak bosan aku ini menontonnya. :)
 
coretan by Veronica Setiawati
selamat hari #filmindonesia
@g1g1kel1nc1
29 Maret 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas komentar anda :)