Kraukk.com

728 x 90

my twitter

Follow g1g1kel1nc1 on Twitter

Jumat, 22 April 2016

Kontes Jodoh

Terdengar riuh tepuk tangan. "Maaf, kalau mau ikutan kontes harus mendaftar." Seorang penjaga menahanku.

"Kontes apa ,Pak?" Sebab meriah sekali kedengarannya.
"Kontes Jodoh. Daftar saja di sana, bawa juga pasanganmu." Aku melihat antrian panjang calon peserta kontes.

Uh, bagaimana mau ikut saat ini aku dan Umbul sedang perang dingin. Ada perasaan iri melihat antrian calon pasangan yang akan ikut audisi. "Bawa saja pasanganmu ke sini. Masih ada waktu sampai akhir minggu ini." ucap Pak Satpam lagi sebelum aku meninggalkan tempat itu.

##
Aku terharu bahwa kami bisa melewati tantangan disetiap audisi. Menurut salah satu pendamping acara ini, saat duabelas besar nanti akan diliput salah satu televisi. Mendadak aku gelisah. Aku memikirkan Umbul, kekasihku.

Aku dan Koko semakin akrab. Ia teman sekolah ku. Kami bertemu lagi. Dan aku mengajak dia ikut . Entah karena hadiah perjalanan wisata dan uang yang menggiurkan kami menjadi manusia yang saling melengkapi. Seperti istilah simbiosis mutualisme , demikian hubungan kami ini. Kami tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi bila kontes ini akan ditonton lebih banyak orang.

Dan benar saja, kami berdua masuk dalam duabelas besar pasangan favorit. Aku dan Koko sangat antusias. Kemenangan ini membuat aku menjadi hilang ingatan akan hubungan ku dengan Umbul. Konsentrasiku kepada tujuan menjadi pemenang dari kontes jodoh ini.
##

Berita mengenai hubungan ku dan Umbul tercium media. Pihak penyelenggara mengatakan ini demi menaikan rating acara mereka. Umbul tiba-tiba muncul dengan pernyataannya bahwa ia adalah kekasihku. Aku kesal karena ia mencari kesempatan padahal posisi ku saat ini sudah masuk dalam lima besar.

Umbul dan Koko pernah terlibat adu mulut saat aku dan Koko sedang menikmati makan malam. Kami sengaja mempererat hubungan kami supaya tidak canggung bila berhadapan dengan publik atau di depan juri.

Akhirnya aku mencoba bicara dengan penyelenggara acara ini. Aku rasanya hendak mengundurkan diri. Namun tanpa aku sadari masalah aku dan Umbul inilah yang menurut mereka menjadi daya tarik emosi penonton acara ini. Mereka mendukung aku dengan Koko daripada bersama Umbul.

Ajaib bagiku Umbul dapat aku ajak bicara. Di tayangkan di televisi pula. Aku malu sebenarnya harus menyelesaikan masalah ku ini ditonton sejuta pasang mata. Kami berdua akhirnya mengikhlaskan perpisahan kami.
##

Lucu rasanya kalau aku jatuh cinta dengan Koko. Aku tidak sadar kapan aku telah menyukainya. Mungkin perjalanan kontes ini membuat aku tergerak hati  menyukai dia.

Pada saat semi final berlangsung dan pengumuman pemenang akan dibacakan, dari arah penonton ada seorang wanita maju ke arah panggung. Ia sedang mengandung. Dan ia ternyata istri Koko. Aku tidak sadarkan diri lagi.
##

Umbul mengelus keningku sambil berbicara denga beberapa orang yang tidak ku kenal. Ia dengan sigap membantu aku duduk.

Aku mulai sadar, ternyata aku pingsan saat mengantri formulir pendaftatan kontes jodoh. Pak Satpam yang menolong dan memberitahukan info itu juga ada di dekat Umbul.

"Apa kamu sudag lebih baik?" tanya Umbul cemas. Aku diam memandangi dia. Di tangan Umbul ada berkas formulir. "Nih, aku sudah mengisi lengkap. Kita bisa ikut, kalau kamu tidak keberatan."

Aku mau menangis senang. "Aah Umbul, kamu baik sekali." Rupanya Umbul mencari aku sejak kami ribut di toko baju itu. Dan kini ia akan ikut kontes jodoh ini. Semoga kami menjadi pemenang. Aku bahagia sekali. Umbul terima kasih.

Cerpen
By Veronica Setiawati

Minggu, 10 April 2016

Bens Perfecto, Diantara Obsesi dan Cinta

Kata El, penulis yang telah dianggap Ben menghancurkan impiannya. "Lu ( kamu ), hanya bikin kopi dengan obsesi, sedangkan Pak Seno dengan cinta."
 
Ben, dibalik sikapnya yang santai dan cuek terhadap masalah yang dihadapi Jody. Ia mempunyai kemarahan yang berlarut-larut, membuat saya bertanya, kenapa? Tapi ternyata dia membuka dirinya sebenarnya.
 
Kata-kata Pak Seno sama persis dengan apa yang dikatakan ayah Ben waktu kecil mengena ke dirinya. Airmata itu telah mengatakan lebih banyak kesedihan hidupnya. Bagi saya, beruntung sekali Ben dapat bertemu orangtua itu. Setidaknya, peristiwa yang mungkin sudah ia kubur bertahun-tahun itu seperti bangkit kembali di kebun kopi milik Pak Seno.
Saya juga senang perkataan Pak Seno bahwa tanaman perlu disayangi. Kelihatan dari caranya merawat kebun kopi itu, memperlakukannya seperti manusia diperhatikan gizinya. Diajak bicara juga.
 
Kisah pilu Ben kecil mungkin itulah yang membuatnya begitu terobesi dengan kopi. Sang ayah petani kopi di desa. Dialah menurut saya sumber obsesi Ben menjadi barista. Ayahnya mengajarinya bagaimana meracik kopi. Biji kopi itu disangrai lalu ditumbuk. Diajarinya dia meracik kopi. Ben jatuh cinta dengan kopi. Justru ayahnya juga yang menghancurkan impian Ben ini. Kematian ibunya membuat Ben kecil patah hati.
 
Cara ayahnya yang melarang dengan kasar dan tamparan itu melukai perasaannya. Luka batin yang dibawa sampai ia dewasa, kembali dibuka di kebun kopi Pak Seno. Menyakiti hati Ben yang kini sudah menjadi seorang barista terkenal. Sebuah luka yang harus disembuhkan oleh ia yang telah melukainya. Dan karena itu, ia berani menemui ayahnya.

 

##
Kopi hadir diantara mereka. Diseduh dan diminum bersama. Kopi menyatukan kembali dua manusia yang terpisah dinding kemarahan. Menyatukan jarak antara ayah dan anak. Ayahnya memberitahukan alasan mengapa ia harus berhenti. Ia ingin melindungi anaknya. Ben merasa bersalah telah menganggap ayahnya sebagai pembunuh ibunya.
 
Ada kalanya orangtua itu salah cara, sehingga melukai hati anak. Seperti apa yang dikatakan Pak Seno,  seandainya Tiwus masih hidup. "Kami ini orangtua yang tidak sempurna, kami mau minta maaf kepada Tiwus."  Menurut saya, perkataan ini yang akhirnya meruntuhkan dinding hati Ben yang keras penuh marah kepada ayahnya.
 
Filosopi Kopi, membuat saya melihat realita keluarga yang tidak sempurna bukan seperti dalam dongeng. Walaupun tidak sempurna, keluarga itu adalah rumah dimana kita tahu bahwa disitu adalah tempat kita pulang dan merasa diterima.
 
Seperti Jody yang datang mencari Ben. Karena Ben bagi dia adalah keluarganya. Mereka tumbuh sama-sama sejak kecil. Mereka saling membutuhkan satu dengan lainnya.

" Lu ama gue ibarat hati dan kepala." kata Jody. Dengan kopi mereka berbaikan kembali, berbicara dari hati ke hati. Aahh kopi memang dapat melumerkan suasana.
Diakhir coretan ini saya agak kecewa kenapa El tidak diberikan secangkir kopi saja oleh Ben? Sehingga mereka bisa saling bicara.
 
Lainnya saya agak terganggu dengan penampakan orang yang di seberang kedai, sedang memandang ke arah kedai seakan sedang ada pertunjukan disana.Padahal kedai itu tidak ramai, saat adegan itu ada Joko Anwar dan Rio Dewanto disitu. Kemudian Chicco Jericho datang. Ya emang sih nyatanya, ia sedang melihat pembuatan film tersebut.
 
Kalau tidak salah Jody akrab banget ya dengan El selama perjalanan ke Ijen, tempat Pak Seno dan banyak cerita tentang keluarga mereka masing-masing. Gimana yah kelanjutannya? Sedangkan yang difokuskan di Film ini hanya Ben. Soalnya ending ceritanya gantung banget. Kesannya cerita is sudah selesai karena telah menang taruhan satu milyar. Agak ngga nyambung aja.
 
Film ini temanya adalah kopi. Diadaptasi dari buku kumpulan cerita dan prosa satu dekade, tulisan Dee Lestari yang berjudul Filosopi Kopi. Cerita yang diangkat ke layar lebar ini mengalami penyesuaian tokoh dan tahun dari cerita versi bukunya.
 
Kalau ada sekuelnya semoga ceritanya padat, bermakna dan nancep dihati. Hehe.. Tapi itu terserah sih..
 
@g1g1kel1nc1
Coretan by Veronica Setiawati
30 Maret 2016