Kraukk.com

728 x 90

my twitter

Follow g1g1kel1nc1 on Twitter

Senin, 15 Oktober 2012

Sekedar Coretan ( gak ) Penting : Jakarta , Kota Kelahiranku



Jakarta, memang tempat tinggalku dan sejak lahir aku sudah berada di Ibukota Negara Republik Indonesia ini.  Mau cari apa saja juga pasti ada dan belum tentu gratis untuk mendapatkannya. Waktu aku masih cilik, Jakarta menjadi primadona para perantau.

Mereka datang dari berbagai pulau yang terdapat di gugusan nusantara ini dan mencoba mengais rejeki di kota yang katanya lebih kejam dari ibu tiri ini. Kemudian setelah mereka sukses, mereka datang ke daerah masing-masing lalu membawa kerabat dan saudara ke Jakarta.
kota Jakarta - doc pribadi

Jadinya, semakin hari Jakarta semakin banyak penduduknya. Kalau sekarang, sepertinya Jakarta sekarang ada saingan sebagai tempat mencari pekerjaan, kota-kota besar di luar Indonesia karena kota-kota tersebut semakin memikat dan pendapatannya jauh lebih banyak dari Jakarta.

Kalau ditanya kenangan akan Jakarta? Wah banyak ! Justru kalau aku pergi jauh meninggalkan Jakarta lalu dapat kembali dengan selamat itupun sudah sangat senang. Walaupun setelah pulang berlibur atau pulang dari perjalanan jauh trus melihat gedung-gedung bertingkat pencakar langit itu, sudah senang akhirnya tiba juga di Jakarta. :D

Sejak kecilpun kalau ditanya tempat wisata di Jakarta, jawabannya tidak jauh dari Ragunan, Pantai Ancol, Taman Mini itu saja. Sekarang, mata aku terbuka ternyata di Jakarta juga punya tempat wisata sejarah yang menarik. Nyesel deh, kenapa ga tau dari dulu aja. Tapi ya, namanya nyesel itu selalu belakangan sih.

Aku ingat, pertama kalinya naik ojeg motor itu sewaktu ikut melihat rumah di Cengkareng. Selama tinggal di komplek perumahan di Kalibata , kan selalu jalan kaki sebentar lalu tunggu kopaja. Bayar pun masih Rp 100.- karena jaraknya dekat. Nah, di Cengkareng baru deh aku kenal dengan yang namanya ojeg motor dan itupun pertama kalinya naik. Rasanya? Ngeri. Duduk di belakang tapi tangan memegang besi yang ada di belakangku hihi, lucu kan?

Tetapi kalau sekarang, laju pertumbuhan motor di Jakarta sudah tinggi dan profesi ojeg pun sudah menjamur. Ojeg sekarang sudah menjadi alternatif dari para penduduk di Ibukota yang ingin segera tiba di sebuah lokasi agar tidak telat. Walaupun menggunakan ojeg juga, tetap saja ruas jalan selalu macet bahkan sampai jalan tikusnya!

Kalau sudah macet, kendaraan tidak bergerak sama sekali, kadang trotoar dijadikan jalan motor. duuh, aku kadang ngeri kalau ada motor yang lewat trotoar dan kasian juga dengan para pejalan kaki harus mengalah karena jalurnya dipakai motor yang melintas. Apalagi kalau malam harinya turun hujan, wah siap-siap saja esok pagi jalan macet tak bergerak!

Bicara tentang banjir, aku pernah ngalamin dampak dari banjir besar yang menggenangi sebagian kota Jakarta. Aku diturunkan ditengah jalan karena kemacetan yang sangat parah sehingga terpaksa aku jalan kaki. Ternyataaa, kemacetan itu terjadi karena dihadapan aku air sudah menggenang dan sangat tinggi. Jelas saja kendaraan tidak bisa melintas karena bila dipaksakan maka genangan air di jalan tersebut akan mencapai mesin mobil. Ya , dapat dibayangkan, kendaraan - kendaraan bertumpuk di pinggir jalan dan semua orang melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki berusaha menembus banjir yang mencapai pinggang orang dewasa.

Ada keunikan tersendiri, pertama kalinya di kota kelahiran yang menjadi ibukota negara Indonesia ini, terkena banjir besar. Aku beramai-ramai dengan warga yang lain naik diatas gerobak sampah yang ditutupi tripleks , lalu di tuntun oleh bapak-bapak yang berjalan dimuka dan dibelakan. Mereka berjalan melewati genangan yang makin dalam hampir sedada orang dewasa. Panik dan cemas karena gerobak ini berjalan oleng dan hampir saja terbawa arus ke pinggir jalan yang adalah rawa. Seru dan menengangkan, Jakarta dikepung banjir!

Di lain tahun, akses jalan menuju bandara tertutup total karena tergenang oleh banjir. Aku pun ikut dalam perjalanan dari Roxy menuju rumah di Cengkareng , ikut truk milik tentara melewati banjir hingga ke bandara. Luar biasa, hari itu menjadi hari libur nasional bagi ku dan teman-teman sekantor karena banjir. Belum lagi jalan Daan Mogot tak bisa sama sekali di lewat.

Apalagi ya selama tinggal di Jakarta? Tawuran , ya bener peristiwa satu ini terjadi pada saat aku pindah ke Cengkareng. Perkenalan diawali dengan tawuran. Ada-ada saja pemicunya, karena masalah pacar atau rebutan cewek, trus alasan ga permisi waktu lewat di tengah orang-orang yang lagi nongkrong di jalan, terlalu nge-gas motor di depan mereka trus jadi marah. Orangnya diciriin dan dikumpulin teman-teman yang lain untuk datang mengeroyoknya.  
Masalahnya sepele dan jadi tawuran yang amat besar hingga membuat para orang tua kami dan polisi akhirnya turun tangan melerai. Berbagai macam gosip dan anceman penculikan hingga membuat keadaan semakin mencekam dan takut untuk keluar rumah. Apalagi, ada rumah tetangga yang disatroni dan dilempari dengan botol berisi bensin yang dibakar. Duuh , Tuhan, untung aja semua itu cepat berlarut hingga sekarang.

Banyak juga peristiwa-peristiwa sedih dari Jakarta , tetapi tetap saja pertumbuhan kota ini semakin cepat dan sepertinya selalu melupakannya. Kalau dibilang warga Jakarta tidak perduli, rasanya tidak juga. Masih ada orang-orang yang perduli dengan tetangganya dan orang-orang yang lebih menderita, Hanya saja tingkat tekanan yang tinggi membuat warganya semakin emosian, stress dan butuh hiburan lain untuk mengurangi tekanan yang telah  mereka jalani.

Bagaimanapun, Jakarta selalu aku rindukan bila bepergian jauh dan berkata "Akhirnya aku  pulang". Namun, entah kapan aku masih tinggal di Jakarta, mungkin saja semakin pesatnya pertumbuhan kota besar ini, memakan ruang yang lebih luas dan akhirnya menggusur rumah ku. Tidak masalah harus tinggal di mana, yang jelas Jakarta tetap menjadi bagian dari hidup ku karena disinilah aku lahir , dibesarkan dan hidup.

Salam untuk Jakarta tercinta

veronica setiawati

Minggu, 07 Oktober 2012

Oktober


Bulan ini, dimana  titik-titik air turun dari langit
Pemakaman bapak - doc pribadi
Bulan ini selalu istimewa bagi kami
Bulan ini dimana delapan tahun yang lalu
Sebuah peristiwa sedih memukul perasaan kami

Seperti air bandang, semua habis terbawa arus
Demikianlah dulu keadaan kami tanpamu
Tanpa tau harus mengadu kepada siapa
Kami goncang, kami retak, kami rapuh.

Tetapi kami sadar, tidak selamanya kami seperti ini
Bukan dengan kesedihan, kami hadapi hidup ini
Perlahan kami bangkit dan percaya engkau tak pernah tinggalkan kami.
Lewat mimpi, lewat doa, lewat perjuangan sehari-hari
Kau hadir menyemangati, menghidupkan dan memampukan kami

Delapan tahun telah berlalu
Oktober kembali hadir tetapi sekarang berbeda
Terima kasih atas cintamu yang tak pernah putus.
Kami sekeluarga mengasihimu
Damailah disurga bersama Tuhan
yang telah begitu baik dan penuh kasih menjagamu dan keluargamu

*to our lovely father , a husband and  a grandpa*
Veronica Setiawati

Jumat, 28 September 2012

Masihkah kau mengenaliku?


Aku melihatmu berdiri disana
Menyambut setiap orang yang datang
Engkau masih seperti dulu
Ramah dan sangat bersahabat dengan siapapun

Ada rasa malu untuk menemuimu lagi
Ada rasa takut , Engkau akan menolakku
Ada rasa bersalah karena aku meninggalkanmu
Aku ragu mendekati rumahmu, menjumpaimu dan memandang wajahmu
Masihkah kau mengenaliku?

Senyummu masih sama seperti dulu
Matamu masih berbinar-binar menyambut siapapun yang datang
Suaramu masih sangat merdu ditelinga
Aah.. kau sungguh tidak berubah.. masih seperti saat pertama aku mengenalmu
Tapi, semua itu akankah berubah saat kau melihat kehadiranku?

Langkah ku terhenti tepat di depanmu
Tak sanggup aku menatap wajahmu
“Aku rindu padamu, kemana saja dirimu?”

Kapel Puhsarang  - kediri (doc. pribadi )
Suaramu menusuk sangat dalam ke relung hatiku.
Aku hanya diam sampai kau erat memelukku
“Aku mengasihimu… janganlah pergi lagi.”

Aku menangis..
Tuhan, terima kasih.. Engkau masih mengenalku.

Veronica Setiawati
*pada sebuah persekutuan doa. 27/9/2012*

Selasa, 25 September 2012

Nikah Yuuk : D


Aaah.. akhirnya aku memberanikan diri mengucapkan  kalimat itu kepadanya
Setelah sekian lama hanya tertahan didalam hati dan macet ditenggorokan.
Agak lama ia menjawab , mungkin dia kaget.

Tetapi aku lega dan bercampur bingung menunggu jawaban pasti darinya.
Mungkinkah ia mau menikah denganku?

IIh, mungkin aku sudah gila, tetapi kalau aku pendam saja bisa gila beneran
Aku mencintainya sepenuh hati
Aku menjatuhkan pilihanku padanya
Bukan hanya sebentar aku mengenalnya,   
bertahun-tahun cinta itu telah bertahan uji

Dan hari ini, aku beranikan diri di sela-sela bercandaan kami
Uupss.. Demi Tuhan! aku berhasil mengungkapkannya
Ku tarik nafas dalam-dalam serta dalam gelisah menunggu jawabannya.

Tak berapa lama….
Jawaban sms di handphoneku :  “Aku juga mau menikah denganmu”
Senang, haru, ternyata dia menjawab "mau." 

              Ku telpon dia dan memastikan ucapannya.
Kami tertawa senang, dan sayup terdengar sebuah lagu diantara kami 

“..dan dengarlah sayangku
aku mohon kau menikah denganku
ya hiduplah denganku
berbagi kisah hidup berdua…”
- Kisah Romantis Glen Fredly

By : Veronica Setiawati

Kamis, 13 September 2012

Untuk Ibu


Halo ibu, apa kabar?
Ibu lihat deh, aku membawakan bunga mawar
Cantik ya , Bu?  Aku juga ingin cantik seperti ibu.

Ibu, bolehkah aku duduk dekat kakimu?
Aku ingin merasakan lembut tanganmu menyentuh kepalaku
Lihat juga ibu, sepertinya uban dikepalaku bertambah lagi.

Ibu, bahagiakan hatimu?
Padahal setiap hari ibu mendengar keluhan  setiap orang.
Apakah hatimu tidak lelah?
Maafkan aku ya Bu, bila aku juga salah satu anak yang ikut membebanimu dengan keluhan.

Satu hal yang aku sukai dari ibu, mau tahukah apa itu ibu?
Ibu selalu merenungkan setiap perkara di dalam hati.
Oia, Ibu juga mengajariku bagaimana mempercayakan semua itu kepada Tuhan.
Seperti ibu sendiri berkata :
“Aku ini hanyalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.”

Ibu Maria yang sangat baik,
Terima kasih ibu, namaku selalu ada dalam doamu
Bila Tuhan menghendaki, aku pun ingin menjadi ibu yang baik sepertimu.
Serta menjadi wanita yang dipilih-Nya, seperti ibu.        
Boleh kan, bu?

veronica setiawati