Kraukk.com

728 x 90

my twitter

Follow g1g1kel1nc1 on Twitter

Selasa, 28 Juni 2011

Sebuah Novel : Museum Cinta Sang Petualang

Sebuah Novel : Museum Cinta Sang Petualang
Judul : Museum Cinta Sang Petualang
Penulis : Veronica Setiawati
Tebal : iv + 84 hlmn
Harga : Rp. 26.200,-
ISBN : 978-602-225-013-5

Puji Tuhan, ucap syukur kepada Tuhan Pencipta Langit dan Bumi, akhirnya novel perdana saya akhirnya dapat diterbitkan. Sebenarnya ga pede aja waktu ajukan naskah ini untuk dibukukan.

Karena awalnya naskah ini saya persiapkan bukan untuk sebuah buku, melainkan untuk lomba cerpen sekitar bulan Maret 2011. Tokoh utamanya anak SMA atau sederajat dan ia seorang laki-laki.. Lalu iseng-iseng saya buat eeh ternyata jumlah halamannya melebihi dari yang ditentukan, dari yang ditentuka yakni 4-6 halaman. Sedangkan tulisan saya sudah memasuki halaman 50 dalam waktu seminggu. Akhirnya saya putuskan untuk dibuat novel saja deh.

Isi ceritanya siih tentang seorang siswa remaja yang memilih menjadi pendaki gunung setelah putus cinta. Sengaja saya mengambil cerita pendakian masal ke Gunung Gede, dimana pendakian tersebut pernah saya ikuti bersama teman-teman Kosapala. Jadi inspirasi cerita, boleh dikatakan dari pendakian ini , yang mana saya rasakan penuh dengan keakraban , padahal saya baru pertama kali kenal dengan mereka.

Nama-nama tokoh yang saya tulis seperti Elang dan Cantika serta nama lainnya, adalah fiktif , imajinasi saya saja :)
Tetapi bila ada kesamaan cerita terutama ada yang menjadi sepasang kekasih setelah naik gunung :), itu karena memang banyak terjadi yaa.. bukan unsur kesengajaan penulis yaa hehehe..

Saya juga menekankan arti sebuah tanggung jawab dari seorang anak remaja, akan kewajibannya sebagai anak pelajar yang berjuang dalam menggapai cita-citanya. Bagaimana ia berusaha agar bisa menepati janji terhadap orangtuanya demi masa depannya. ( wiih berat bahasanya,. ;d )

Oh iya di dalam buku saya, ada juga cerita tentang museum ataupun kawasan kota toea. Koq bisa nyambung ke sana? Mungkin sekarang ini lagi gencar-gencarnya pariwisata. Jadi,biarpun anak pendaki tak mungkin tak kenal sejarah dan budaya bangsanya sendiri, iya kan ?? :D

Nah, lewat perkenalan yang berawal dari gunung, kedua kegemaran yang berberbeda dari Elang dan Cantika ini dapat dipadukan. Hehe,.. klisenya sih, saya mengharapkan semoga wisata museum lebih banyak digemari bukan hanya jadi gedung tua atau kawasan tanpa penghuni saja. ciee.. keren kan :D

Namanya juga tokoh cerita anak remaja SMA ,pasti ada yang namanyai perasaan suka dengan lawan jenisnya, tull kaann yaa??. Saya mengungkap perasaan kedua remaja ini dalam kisah cinta yang sederhana yang terbentuk karena persahabatan diantara mereka. Dan tentu pasti ada bumbu-bumbu persaingannya diantara teman yang lain tapi ga sampai berdarah-darah koq hehe..

Saya berharap akan dapat banyak inputan dari para senior atau teman-teman yang sudah membaca novel saya. Tentunya, kedepannya lebih baik lagi dalam menulis buku. .

Untuk pemesanan dapat menghubungi saya, di

email g1g1kel1nc1@yahoo.com.au atau
YM g1g1kel1nc1, atau
( sms only ) 0858 145 21168
inbok FB saya www.facebook.com/g1g1kel1nc1 atau
www.facebook.com/kumpulanresensi
Sertakan nama pemesan :
jumlah pesanan:
alamat pengiriman :
no telp nya :

Atau dapat juga memesan buku dari :
http://www.leutikaprio.com/produk/110329/teenlit/1106173/museum_cinta_sang_petualang/1103837/veronica_setiawati

Salam ,
veronica setiawati
www.veronicasetiawati.blogspot.com

Minggu, 26 Juni 2011

Pendakian Gunung Papandayan Garut Jawa Barat 2622 Mdpl

Perjalanan diawali dari terminal bus antar kota Lebak Bulus. Saya bersama seorang teman yang saya kenal ketika pendakian Sindoro, menuju Garut melewati Bandung. Dipilihnya Garut karena merupakan tempat kami bertemu dan kumpul, tepatnya di terminal bus Guntur. Sekitar pkl 02.00 saya dan teman saya tiba di terminal bus yang sepi dan gelap karena mati lampu.

Disebuah warung makanan seorang teman saya sudah menunggu. Disana, saya dan dua orang teman menunggu kedatangan teman-teman Belantara. Tidak begitu banyak seperti waktu pendakian Sindoro dan kebanyakan wajah-wajah baru saya kenal.

Untuk menuju Papandayan masih dilanjutkan lagi dengan menggunakan mobil kecil. Perjalanannya pun masih sekitar dua jam lagi untuk sampai di sebuah Masjid Besar Cisurupan. Dihadapannya berdiri kokoh gunung Cikuray. Sebelum pendakian, kami sempatkan diri untuk mandi dan sarapan.

Kawah Papandayan.

Dengan menyewa sebuah bak terbuka, perjalanan dilanjutkan sampai pintu masuk Papandayan. Perjalanan menuju Papandayan bukanlah jalan yang mulus dan rata. Sekitar setengah jam dari pkl 10.00 kami tiba di halaman parkir Gunung Papandayan.
Asap yang mengepul dari kawah gunung sudah terlihat dari kejauhan. Dari kejauhan Papandayan berbentuk seperti kawah yang besar. Hal tersebut terjadi karena telah mengalami beberapa kali letusan. Dan Papandayan merupakan gunung yang teraktif di Jawa Barat hingga kini.

Untuk sampai ke punggung gunung, perjalanan pun melalui kawah yang ternyata masih sangat kuat dengan aroma belerang. Jalan yang dilaluipun bukanlah jalan yang rata , melainkan berbatu dan gersang. Kalau tidak hati-hati akan menginjak letupan seperti air mendidih.

Tidak ada pemandangan selain batu-batuan yang kekuningan dan tebing-tebing disekelilingnya yang masih hijau. Penduduk pun masih ada yang melintasi jalan ini membawa hasil panenan dengan menggunakan motor atau berjalan kaki.

Di Guyur Hujan.

Selalu setiap pendakian, pasti disertai dengan hujan. Demikian juga setelah melewati kawah gunung hujan mulai menghantui perjalanan kami. Puas dengan pemandangan alam disekitarnya perjalanan dilanjutkan kermbali. Terdapat sebuah jalan yang semakin menanjak dan licin. Saya pun berjalan membungkuk sambil berpegangan dengan pohon-pohon atau menempelkan tangan saya pada batu untuk menopang langkah saya.

Perjalanan memang cukup santai. Jalan berbatu yang kami lalui diapit oleh dinding tebing dan jurang. Walaupun cukup lebar jalan yang kami lalui namun kewaspadaan tetap harus ada. Papandayan memang memiliki keindahan alam yang sangat luar biasa. Walaupun mungkin jalur yang dilalui sudah berubah untuk pendakian tetapi masih tetap memiliki pesona yang tak terbantahkan.

Hujan yang semakin deras, memaksa perjalanan sejenak berhenti pada sebuah warung yang sudah tidak berpenghuni. Di hadapan warung ini, terdapat tiga cabang jalan, seperti pertemuan tiga arah di tempat ini. Menunggu hujan reda, ada bainya mengisi perut yang kosong terlebih dahulu.

Pondok Selada Tempat Kami Bermalam.

Hujan masih belum reda tetapi perjalanan harus dilanjutkan. Melewati sebuah jalan yang setapak dan berlumpur , kami menuju tempat bermalam. Sebuah pesona air terjun yang terbentuk karena letusan begitu mempesona. Demikian juga pemandangan bukit hijau disekitarnya, menjadi sebuah pemacu untuk meneruskan perjalanan kala istirahat .

Sore hari tibalah di pondok selada tempat kami mendirikan tenda. Tempatnya cukup luas dan lapang. Di sekitarnya penuh dengan tumbuhan hijau berbeda ketika pertama kali memasuki kawah Papandayan. Terdapat aliran sungai yang airnya mengalir tanpa henti sehingga para pendakit tidak perlu kawatir akan kehabisan air.

Pemandangannya pun sangat memikat hati. Terlebih lagi tumbuh bunga-bunga eldeweis yang hanya tumbuh dan ditemukan dipuncak gunung. Nun jauh disana, terlihat juga bukit-bukit yang gersang dan mengepulkan asap. Letusan dari Papandanyan menyebabkan beberapa pohon terbakar.

Menuju Puncak.

Pagi hari pkl 06.30 bersiap menuju puncak. Kami berdelapan, lima cewek ditemani tiga cowok, melewati jalur sungai yang sudah kering dan berbatu besar-besar sebagai jalan pintas, sebab jalur yang sering dilalui sudah terputus oleh karena letusan gunung. Dari atas kami masih melihat tiga orang yang menunggu di tenda sedang memantau.

Berpegangan pada batu atau batang pohon lalu melewati celah diantara batu besar itulah yang kami lakukan untuk dapat sampai ke atas. Saya pun melangkah tinggi untuk dapat memijak batu-batuan didepan saya. Setengah jam melewati medan yang penuh bebatuan , sampailah saya di sebuah tempat yang dipenuhi tumbuhan eldeweis yang cantik dan diselimuti rerumputan.

Jalan yang dilalui semakin landai. Banyak pohon yang terlihat gosong seperti habis terbakar. Kalau berada ditempat seperti ini, tidak pernah menyangka kalau ini sudah dipuncak gunung dengan perjalanan yang sudah menguras tenaga.

Kami berpoto bersama di antara ranting-ranting yang gosong karena habis terbakar. Setelah itu , kami melanjutkan perjalanan menuruni medan berbatu bekas jalur sungai menuju tempat kami berkemah.

Perjalanan Pulang.

Siang hari waktunya rapi-rapi. Tenda dilipat kembali dan peralatan dipacking karena saatnya turun gunung. Ternyata saat pulang, kami ditemani hujan. Jalan yang dilalui berbeda. Perlahan kami menuruni tebing lalu menemukan sebuah sungai yang cukup deras.

Mau tak mau, kami harus melewatinya. Caranya, seorang teman lebih dulu menyebrang sungai tersebut yang tingginya mencapai lutut. Kemudian mengikatkan tali pada sebuah batu dan seorang yang lain menjaganya disebrang. Satu per satu teman-teman menyebrangi sungai tersebut dengan berpegangan tali. Kalau terpeleset dan tidak berpegangan tangan bisa hanyut terbawa air. Menegangkan!

Hujan deras membuat langkah saya berat. Setelah melewati arus sungai perjalanan menaiki jalan yang berlumpur baru setelah itu sampai di kawah Papandayan. Sempat berputar-putar karena salah arah, tetapi akhirnya kami dapat menemukan jalan. Kaki saya sudah nyeri , beberapa kali hampir terjatuh. Begitu sampai di parkiran , saya merebahkan diri di sebuah warung. Beku rasanya kaki saya.

Dengan bak terbuka lagi , perjalanan dilanjutkan menuju masjid besar di Cisurupan. Disana mandi dan berganti pakaian setelah itu ke terminal bus Guntur . Di terminal , bus menuju Jakarta sudah habis sejak pkl 17.00 dan kami tiba satu jam kemudian.

Keputusannya adalah menunggu bus jurusan Kampung Rambutan. Sambil menunggu, kami makan dan mencari oleh-oleh untuk dibawa pulang. Sekitar pkl 21.00, bus yang membawa kami naiki bergerak meninggalkan Garut menuju Jakarta.

penulis :veronica setiawati

pendakian tgl 29 – 31 Januari 2010

Kumpulan Cerpen Anak : Dalam Perjalanan Pulang.

ISBN : 978-602-8597-72-2
--Yogyakarta: LeutikaPrio, 2011
Vi+117 halaman; 13 x 19cm
Cetakan pertama , Mei 2011
Penulis : Irpan Ansari
Diterbitkan oleh : LeutikaPrio
Jl. Sulawesi No. 7C Ring Road Utara, Yogyakarta 55284 Telp / Fax 0274-880387
Email : leutikaprio@hotmail.com
www.leutikaprio.com

Sebuah cerita yang mengantarkan pembaca ke nostalgia masa kecil. Kumpulan cerita yang ditulis dengan sangat baik oleh Irpan Ansari, seorang mahasiswa dan putra daerah dari Kalimantan Selatan.

Ada 30 cerita yang disuguhkan dari kehidupan anak desa yang bukan hanya bermain tetapi ada pesan-pesan moral yang disampaikannya. Cerita-cerita tersebut dikemas dalam sebuah buku yang diberi judul Dalam Perjalanan Pulang. Tentu saja setting ceritanya adalah di sebuah pedesaan yang masih terdapat perbukitan, sawah, pohon-pohon yang lebat, serta jalan yang sepi seperti sampul bukunya.

Judul Dalam Perjalanan Pulang merupakan salah satu judul cerpen dari 30 cerpen yang ada di buku. Ceritanya mengisahkan seorang perempuan bernama Maya, yang berusaha untuk datang kerumah temannya untuk mengerjakan PR sekolah. Ia tidak dapat naik angkot karena kondisi dirinya yang selalu muntah-muntah bila melakukan perjalanan dengan menggunakan angkot. Meskipun perjalanan cukup jauh dengan menggunakan sepeda ia tetap datang dan saat perjalanan pulang ke rumah Maya kehujanan sehingga berteduh di rumah tua.

Selain kisah yang dijadikan judul bukunya tersebut, ada juga kisah petualangan Ako dan kawan-kawannya. Ada cerita Badin yang dikejar anjing hingga ia naik ke atas pohon , cerita tentang Ako yang bermimpi bertemu mahluk luar angkasa, Irsan yang sedih karena ibunya sakit.

Ada juga cerita mengenai petualangan mereka ke pulau yang seram. Menurut warga , pulau tersebut ada hantunya, tetapi kenyataannya pulau tersebut dijadikan sarang pengedar ganja. Berkat petualangan anak-anak itu akhirnya polisi dapat menangkap para pengedar yang telah membuat warga beranggapan kalau pulau tersebut berhantu.
Ada kisah yang lucu, ada yang mengarukan, ada persahabatan dan arti kebersamaan.

Penulis menceritakan semua dengan bahasa yang enak dibaca. Seakan pengalaman masa kecil kembali lagi saat membaca setiap goresan dari tulisannya. Walaupun sibuk bermain, tetapi kewajiban utama jangan sampai dilupakan , begitulah yang ingin disampaikan oleh penulis.

Bila ingin berkenalan dengan penulisnya , dapat menghubungi email irfan_simfkip@yahoo.co.id atau kunjungi blog pribadinya di www.irfansp.blogspot.com.

Jakarta, 26 Juni 2011
Veronica Setiawati
Penulis buku novel perdananya yang Berjudul "Museum Cinta Sang Petualang"
www.veronicasetiawati.blogspot.com
email :g1g1kel1nc1@yahoo.com.au

Sabtu, 18 Juni 2011

S U P I R

Aku tidak menyangka perjalanan jauh meninggalkan rumah dan kampung halaman ternyata hanya menjadi menjadi seorang supir. Mencari pekerjaan di kota tidak semudah yang aku dengar dari cerita teman-temanku dikampung.

Beberapa kali aku harus keluar masuk tempat mencari pekerjaan dan tak jarang dimanfaatkan orang lain karena kepolosanku demi kepentingan mereka. Tetapi lambat laun aku belajar dan beradaptasi dari setiap kejadian dalam hidup yang pahit sekalipun.

Dengan pikiranku yang sederhana, aku semakin berfikir keras agar bisa hidup dikota besar. Aku merasa nilai dari sebuah kejujuran tidak ada harganya lagi. Untunglah aku masih memiliki seorang teman , namanya Tiwul. Ia satu-satunya teman yang masih memegang prinsip kejujuran dalam bekerja walaupun nasibnya sama seperti aku belum terlihat peningkatan taraf kehidupan, masih tetap supir.

Kami bertemu secara tidak sengaja ketika ia mengantar barang ke rumah majikanku yang kebetulan juga mempunyai usaha dagangan. Tiwul seorang supir juga di sebuah perusahaan. Ia khusus mengantarkan barang-barang ke tempat customer. Sedangkan aku , adalah supir pribadi seorang boss yang menjadi majikanku. Karena rutin memesan barang dari tempat kerjanya Tiwul , kami semakin akrab sehingga aku tinggal disatu kontrakan dengannya.

Kami tinggal bertiga, seorang lagi bernama Tresno, seorang supir angkot. Ia mengambil trayek dari pagi hingga sore hari dan malam harinya ia ojeg motor. Tresno paling muda diantara kami dan ia masih sepupu dengan Tiwul. Ia mengajak Tresno yang lulusan SMA untuk ikut bekerja dikota besar.

Tiwul sudah menikah dua tahun dan istrinya ditinggalkan di kampungnya. Keahlian yang dipunyai hanya supir. Untunglah Tiwul punya banyak teman supir , karena dahulu ia juga pernah jadi supir angkutan. Ia merekomendasikan Tresno menjadi supir angkot tembak.

Sebulan dua kali ia rutin pulang kampung untuk menjenguk istrinya. “Dulu waktu jadi supir bus, aku tiga bulan sekali baru bisa pulang menjenguk istriku, Bar. Penghasilan dari supir, aku simpan supaya jika aku pulang dapat membelikan sesuatu untuk istri dirumah.” kenang Tiwul diberanda kontrakan. Kami berbincang seusai sholat Isya ditemani kopi dan kacang rebus.

“Waktu itu kami baru saja menikah. Mau nerusin usaha apa di kampung? Karena percuma sudah tidak bisa Bar. Kampung ku sudah mulai sepi, pemuda disana sudah pindah ke kota besar ataupun keluar negeri mengadu nasib jadi TKI. Isinya hanya mereka yang sudah tua dan anak-anak. Istriku tidak bisa aku ajak karena aku belum sanggup. Biaya disini sangat besar Bar, semua pakai duit.” Tiwul bercerita sambil menatap jauh ke atas. Seakan ia sedang membayangkan kesulitan biaya yang dihadapi andai istrinya bersamanya di kota.

“Aku bersyukur Bar, sejak istriku hamil, penghasilanku sedikit banyak telah berubah. Aku diterima jadi supir diperusahaan. Ada gaji tetap dan jam kerjanya teratur sehingga aku bisa jadwalin kapan saja untuk bertemu istri sesering mungkin. Lalu usaha kecil-kecilan istriku juga semakin laku. Rasanya aku sangat berterima kasih kepada Allah, Bar.” Tiwul semakin dalam mengungkapkan rasa syukurnya sampai ia ingin menangis.

Aku terharu mendengar pengakuan jujur dan cerita yang berharga ini. Selama ini aku selalu berhadapan dengan kemunafikan, muka bertopeng dan lidah yang manis untuk merayu demi kepentingan pribadi. Aku tidak menemukan orang yang bersyukur atas karunia Tuhan yang telah terjadi dalam hidupnya seperti , Tiwul.

Aku sendiri belum setahun menjadi supir pribadi majikanku. Sebelumnya aku pernah menjadi office boy, kurir, dan pernah menjadi supir pribadi juga selama dua tahun. Aku menjadi supir pribadi boss yang sangat gila kerja. Ia bukan orang yang kenal belaskasihan dan tidak pernah punya rasa hormat terhadap oranglain. Bukan hanya kepada saya tetapi kepada para pekerja dirumahnya ia pun bertindak semena-mena.

Menganggap karena ia mampu menggaji kami, lantas memeras tenaga kami seenaknya.
Aku memberontak dan melawan aturan mainnya. Ia marah dan memecat aku. Gaji terakhirku tidak diberikan olehnya. Aku memang hanya mengandalkan emosi, padahal orangtua menamaiku “SABAR” pasti dengan maksud agar aku mampu menjadi orang yang menahan marah dan egoisku. Kenyataannya, aku kalah dengan rasa marah.

“Kamu sendiri bagaimana Bar kerja dengan majikanmu yang baru ini?” tanya Tiwul membuyarkan lamunanku. Kopi yang tinggal sedikit aku minum guna memberikan energi baru untuk bercerita.

“Alhamdulilah Mas, boss aku sekarang sangat baik. Ia suami yang baik dan istrinya juga baik menerimaku bekerja dengan mereka. Ya kalau aku salah pasti ditegor tetapi mereka sangat mengerti. Apalagi setiap usaha mereka laris terjual, aku juga diberi bonus. Mudah-mudahan aku bisa betah kerja dengannya.” ceritaku penuh semangat. Tiwul tersenyum mendengar ceritaku dan mengatakan bahwa boss aku itu memang langganan tetap perusahaannya.

“Iya aku doakan semoga kamu betah kerja dengan bossmu itu. Kumpulin gajimu itu untuk masa depan. Kamu kan masih bujangan, jangan terlalu boros. Memangnya kamu tidak ingin menikah?”

Pertanyaan terakhir Tiwul seakan menyadarkan aku yang tidak pernah memikirkan untuk mencari pendamping hidup. “Mana ada toh yang suka dengan supir seperti aku ini , Mas?” tanyaku balik dengan bercanda. “Pasti ada Bar. Di bumi ini semua diciptakan berpasangan koq. Kamu pasti ada pasangannya.” jawab Tiwul bijak.

“Semoga pasanganku bukan laki-laki juga ya , Mas.” Tiwul tertawa keras mendengar jawabanku. Ia menepuk bahuku keras.

“Memangnya kamu mau pasanganmu laki-laki juga? Awas ya jangan mencoba merayuku. Bisa geger nanti. Diusir kita nanti dari sini.” ancam Tiwul membalas candaanku. Aku memang baru mengenal Tiwul yang aku panggil “Mas”. Namun ia kuanggap seperti kakak buatku. Bahkan seperti rem bila lajuku terlalu cepat atau cahaya bila aku membutuhkan sinar.

Ia mengerti emosiku yang gampang meledak. Pernah mengamuk ketika hendak membela Tresno yang hampir dipukuli karena ada masalah dengan supir angkot yang lain. Untunglah Tiwul yang mengambil alih kalau tidak, mungkin aku sudah di penjara Ia juga tahu kalau aku sedang menyukai seorang gadis kaya dekat kontrakan kami.

“Jangan terlalu mimpi Bar, ingat kamu tuh siapa.” Selalu Mas Tiwul mengatakan demikian jika aku bercerita bertemu dengan Meta, nama gadis itu. Tetapi maaf Mas, untuk yang satu ini, aku suka bermimpi untuk mendapatkan dia.
**.

Aku berangkat pagi sekali menuju rumah boss majikanku. Di sebuah halte aku melihat Meta berdiri sedang menunggu bus. “Pagi Mba Meta..” aku selalu menyapanya setiap bertemu walaupun hati ini bergemuruh senang. Tetapi sayang ia hanya menatapku sebentar dengan lirikan tajam lalu buru-buru menaiki sebuah taksi. Aku hanya tersenyum senang tetapi tidak ada rasa marah sedikitpun kepadanya.

Seperti biasa sesampainya dirumah boss, aku menitipkan motorku dan siap menjadi supir. meluncur ke sebuah pusat perdagangan di kota besar ini. Dari kaca spion aku melirik boss ku ini sangat rajin membaca Koran dan selalu tampak serius dengan notebooknya. Aku berhayal andai aku bisa seperti dia, menjadi orang yang pintar dan sukses. Pasti semua orang akan menghargaiku.

“Pak, kita sudah sampai.” Bossku cepat-cepat merapikan bawaannya dan menuju rukonya. Aku membantunya membuka rolling door, karena karyawannya belum datang. Sekitar lima belas menit baru satu persatu karyawannya datang. Kalau sedang banyak pengiriman, aku juga membantunya mengirimkan barang dengan seijinnya tentu. Sering aku pulang sampai larut malam jika harus mengantarkannya menemui tamu.
**

Aku tidak menyangka akan bertemu Meta dalam keadaan yang tidak terduga. Ketika menjemput anak bossku disebuah mall untuk mengantarkannya lagi ke sebuah tempat yang aku tidak tahu. Ternyata dia berteman dengan Meta. Aku hanya pasrah memandangi Meta yang menelanjangiku dengan tatapannya yang merendahkan.

Entah kenapa melihatnya bersikap seperti itu hatiku sangat sedih apalagi ia bercerita kepada anak bossku tentang para lelaki yang menyukai dia dan yang menjadi tipenya. Dan aku?? Sama sekali tidak termasuk didalamnya bahkan sebelum mendaftar sudah dieliminasi..Tetapi aku tidak patah semangat. Masih setiap pagi jika bertemu Meta aku menyapanya dengan hangat biarpun balasannya tidak seperti yang aku harapan. Terlebih setelah tahu profesiku yang sebenarnya , cepat-cepat ia menghindariku.

Lewat cerita dari anak bossku, aku mengenal sosok Meta. Saat itu aku mencoba mencari tahu darinya. Menurutnya Meta memang banyak yang menyukai namun anak bossku tidak terlalu akrab dengannya karena Ia kenal Meta hanya karena ada acara ulang tahun teman kampusnya saja. Walaupun mereka satu kampus masih sama-sama semester awal namun beda jurusan.

”Emang kenapa Mas Sabar tanya tentang Meta? Naksir ya??”ledeknya. Aku hanya tersenyum malu. Anak bossku ini cepat mengerti. Ia hanya mengatakan agar lebih banyak sabar kalau suka dengan Meta.

“Memangnya kenapa toh? Saya hanya mengagumi Meta. Ini pertama kalinya saya suka dengan perempuan, Non.” Eeh , ia malah tertawa mendengar kalimatku dan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Padahal aku penasaran dengan maksudnya perkataannya : “banyak sabar”.

Aku berusaha menyakinkan Virgin, nama anak bossku itu, akan ucapanku. Karena memang belum pernah sama sekali aku menyukai seorang perempuan. Baru ini dengan Meta, rasanya otakku lumpuh dan dadaku berdegub kecang jika melihatnya dari jauh. “Mas Sabar, lebay deh.” Virgin tertawa geli mendengar ceritaku.

Akhirnya aku hanya tersenyum geli melihat Virgin tertawa terbahak-bahak. Tetapi hasil dari ceritaku kepada Virgin, Meta ada reaksi, entah apa yang diceritakan Virgin ke Meta yang jelas ia menamparku. Aku terdiam mendengar makiannya.

”Denger ya, jangan ke GR an untuk jadi cowo gue. Ngaca donk siapa lu!” tunjuknya ke dadaku lalu meninggalkan aku yang menjadi tontonan orang di pagi hari. Mereka pasti mengira aku telah melecehkan Meta hingga mendapat perlakukan seperti itu. Nasiib..nasiib..

“Maaf Mas Sabar, maksud aku hanya menyampaikan kepada Meta, ternyata begitu ya jadinya.” Virgin meminta maaf dan merasa bersalah ketika mendengar ceritaku. Aku tidak mungkin juga marah dengan anak bossku.

”Aku maklum Mba Virgin, mana ada yang suka dengan aku yang hanya seorang supir.” Suaraku nyaris tidak terdengar dan membuat Virgin semakin merasa bersalah.

“Duuh maaf Mas. Sabar.” Aku juga tak ingin membuatnya semakin merasa bersalah dan aku meninggalkannya untuk menjemput ayahnya di toko.

“Pak, kemarin ada buku yang tertinggal di jok belakang. Maaf baru saya kembalikan hari ini sebab setelah saya baca , isinya menarik.” Kataku setelah tiba di toko dan menyerahkan buku yang tidak terlalu tebal mengenai strategi pemasaran. Ia tidak menerima buku tersebut dari tanganku.

“Ambil saja bukunya, itu buatmu. Pelajarilah! suatu saat kamu bisa berhasil!” demikian yang dia ucapkan. Sungguh hal tersebut seperti pecut yang menyalakan api semangatku untuk belajar!
**

Meta sudah tidak terlihat dihalte bus setiap pagi jika aku berangkat kerja. Menurut Tresno dan diyakini Tiwul , ia sudah mempunyai kekasih.

“Sudah ada mobil yang mengantar dan jemput dia , Mas Bar.” Kata Tresno hati-hati kepadaku. “Sering aku lihat mobil yang antar-jemput Mba Meta lewati depan pangkalan.”. Aku hanya terdiam dan rasanya perih menyukai seorang gadis dan ia tidak membalas perasaan yang sama.

Ketika melewati rumah yang terkaya disekitar tempat tinggal Mas Tiwul, yang tak lain adalah rumah Meta, aku melihat seorang lelaki merangkul pinggang Meta dan mencium keningnya sebelum masuk ke dalam mobil. Meta yang melihat kehadiranku disana seakan ingin menunjukan kepadaku seperti inilah yang pantas jadi kekasihnya.

Mobil BMW merah melintasiku dan Meta melepasnya sampai gerbang pintu rumahnya. “Malam Mba Meta..”sapaku penuh senyum melihatnya berdiri di gerbang pintu. Ia hanya menatapku sinis lalu masuk menyuruh pembantunya menutup pintu gerbang.

Aku memandangi perempuan yang ku akui telah mempesonaku hingga hilang dibalik pintu. Entah kekuatan apa, aku seakan iklas dengan perlakuannya dan keberadaannya kini yang telah berdua.
**

Cinta boleh menghancurkanku dengan perihnya karena profesiku hanya seorang supir dan mempunyai keluarga angkat yang juga supir. Namun seperti kata Mas Tiwul saat aku pulang dengan lesunya malam itu.

“Kamu harus bangkit Bar, tunjukkan bahwa kamu seorang yang tidak boleh dianggap remeh orang lain, hanya karena kamu supir!”

Tiwul benar! Dan untunglah boss aku memberikan ijin untuk aku kuliah seperti anak tunggalnya, Virgin. Perlahan bossku juga mulai mempercayaiku menangani beberapa pekerjaan di toko saat dirinya tidak ada di tempat. Aku banyak belajar cara berdagang dari boss ku ini.

Beberapa buku pemberiannya dan Koran-koran lama darinya aku bawa pulang untuk aku baca kembali.Semakin hari kehidupan bertambah baik seiring hampir selesainya tugas akhir kuliahku.

Saat wisudapun aku tak mampu menahan haru yang amat sangat karena anugrah yang luar biasa ini. Aku melihat mata penuh bangga dari Mas Tiwul. Bahkan orangtuaku yang sudah lama aku tinggali, kini dapat kuhadirkan diruangan yang besar dan berAC ini.

Mereka turut bangga menyaksikan anaknya digelari Sarjana dan membiarkan foto kami nantinya akan dipajang diruang tamu sebagai tanda kebanggaan mereka. Foto tersebut seakan seperti cerita yang tidak berbunyi untuk para tetangga atau siapapun yang datang ke rumah kami di kampung.

Dan Meta, entahlah mungkin ia mendengar berita dari Virgin sehingga ia menyempatkan datang mengucapkan selamat dan meminta maaf atas sikap dan perbuatannya yang dulu. Walaupun sekarang ia sudah putus dengan kekasihnya, entahlah rasa kagum terhadapnya seperti hilang tanpa bekas dihatiku. Tetapi dengan tulus aku menerima permohonan maafnya.

Ku dekap erat pinggang gadis cantik yang datang menghampiriku. Ia yang telah membantuku melewati perjuangan ini sampai aku memakai jubah toga.

“Meta, hari sabtu depan kamu hadir ya diacara pertunangan kami.” Ucap Virgin lalu pamit meninggalkan ruangan aula tempatku di wisuda. Kami meninggalkan gedung bersama kedua orangtuaku dan Mas Tiwul. Meninggalkan juga Meta yang masih terdiam mematung.

Jakarta, 30 Maret 2011
Penulis : Veronica Setiawati

Apa Kabar Bangunan Tua di Depok Lama?

Apa yang terlintas ketika mendengar kata Depok? Mungkin jawabannya merata adalah tempat kuliah atau pemukiman baru atau juga jalan yang macet. Memang Depok adalah tempat yang gunakan sebagai tempat belajar pada zaman raja-raja jauh sebelum Belanda masuk ke Indonesia.

Namun, perjalanan saya kali ini adalah melihat bangunan tua yang ada di Depok lama dan mengenal sejarahnya. Depok, pernah menjadi sebuah kota otonomi pada waktu pemerintahan Hindia Belanda / VOC di Batavia.

Bahkan ada seorang presiden yang mengepalai pemerintahan kota Depok. Karena saat itu kota Depok dijadikan sebagai tempat untuk mensupplai kebutuhan pangan bagi warga Batavia. Distribusi bahan pangan tersebut dengan menggunakan kereta , untuk menuju Batavia.

Kemudian ada sebuah tempat yang bernama Pondok Tjina, yang merupakan tempat berkumpulnya atau sebagai tempat persinggahan bagi para pedagang Tionghoa. Karena kebijakan pemerintahan otonomi Depok yang tidak mencampurkan etnis Tionghoa dengan penduduk asli Depok, sehingga tempat tersebut disebut Pondok Cina sampai sekarang.
Bangunan tua yang masih ada saat ini yang dapat dilihat adalah rumah Pondok Cina yang ada di sebuah mall di kawasan Margonda.

Rumah tersebut hampir saja tergusur oleh karena pembangunan mall tersebut. Karena ada pertentangan akhirnya sekarang yang masih terlihat adalah sebagian dari bangunan depannya saja.

Rumah atau pondokan yang sekarang menjadi sebuah kafe , mempunyai banyak cerita sejarah. Bangunan depan yang berwarna putih, masih tampak utuh masih berdiri tegak dengan pilar-pilar yang kokoh menyangga bangunan tersebut. Bentuk jendela dari bangunan ini pun sangat unik. Apalagi jika menengoka bagian dalamnya seperti belum ada perubahan.

Bagian tengah ruangan berjejer beberapa foto tempo dulu dari beberapa tempat yang ada di Batavia ataupun Buitenzorg. Bukti sejarah yang pernah ada di Jakarta. Ada foto-foto dari beberapa bangunan yang masih ada, bahkan penamaannya masih dikenal sampai sekarang. Dan ada yang sebagian mungkin sudah tidak dapat ditemukan lagi.

Kafe ini juga menempatkan bangku sofa, meja dan kursi kayu yang diselaraskan dengan bangunan tua ini. Kesan yang didapat , erasa menikmati suasana jaman Batavia. Kusen pintu yang ada di dalam ruangan pun tampak serasi dengan lantai yang ada. Entahlah apa sudah mengalami perubahan atau tidak.

Dari rumah pondok Cina, saya menuju sebuah jalan Pemuda. Di tempat ini , dahulu menjadi pusat pemerintahan kota otonomi Depok. Bahkan rumah presiden Depok, masih tetap berdiri walaupun sudah dimakan jaman jika dibandingkan dengan beberapa rumah mewah yang ada disekitarnya.

Peninggalan Depok Lama Yang Masih Tersisa.

Di dalam rumah yang izin bangunannya sudah mengalami pemutihan ijin mendirikan bangunan ini, pemiliknya sangat ramah. Selain itu juga, pemilik rumah presiden ini masih keturunan langsung dari Presiden Depok yang terakhir dari marga Jonathans.
Kursi yang ada di teras rumah tersebut, masih awet terjaga keasliannya. Rumah yang adem, karena plapon rumah yang tinggi. Beberapa jendela yang panjang berjejer di samping rumah merupakan ciri khas dari sebuah bangunan tua.

Di seberang jalan dari rumah ini ada sebuah rumah sakit. Dahulu, bangunan rumah sakit dan yang ada disekitarnya merupakan istana kepresidenan. Bahkan sempat ada sebuah monument depok yang sekarang berganti sebuah taman di halaman depan bangunan rumah sakit.

Berbicara tentang Depok Lama, mungkin tak lepas dari ungkapan kata “Belanda Depok” yang sering didengar. Sebenarnya, mereka adalah kaum hamba sahaya atau para budak yang dibawa dari berbagai daerah di Nusantara.

Kemudian mereka dikelompokan menjadi 12 marga yang dibentuk oleh tuannya. yakni Cornelis Chastelein. Karena belum ada bahasa persatuan, maka para budak tersebut memakai bahasa Belanda sebagai bahasa sehari-hari. Oleh sebab itulah maka sangat dikenal istilah Belanda Depok.

Tokoh yang sangat terkenal dan melegenda adalah Cornelis Chastelein bagi warga Depok. Sebab oleh dia lah , maka para budak yang sudah bekerja dengannya memiliki tanah dan rumah miliknya. Sesuai dengan yang ia tulis dalam surat wasiatnya sebelum meninggal pada tanggal 28 Juni 1714.

Selain itu ajaran dan didikan Kristen Protestan dari Cornelius Chastelein, masih tetap lestari di tempat ini. Oleh sebab itu janganlah heran, jika mengetahui di sepanjang Jalan Pemuda, terdapat 50 buah lebih, jumlah bangunan gereja.

Keistimewaan lain dari tempat yang ada disepanjang jalan pemuda ini adalah masih terdapat rumah-rumah dengan bangunan tua dengan halaman yang luas. Walaupun ada yang berubah menjadi pemukiman elite, tetapi beberapa rumah tua masih ada dan dipakai untuk beberapa syuting film. Selain itu, juga ada sebuah sekolah yang arsitektur bangunannya masih sebuah bangunan lama.

Gereja Jemaat Masehi - Tertua di Depok.

Kemudian ada sebuah gereja tua yang masih kokoh berdiri. Atap bangunan tampak dari luar begitu unik. Ternyata ada sebuah lonceng. Gereja ini masih tetap dipertahankan bentuk keasliannya walaupun ada penambahan lain. Bagian atas atau di lantai dua, ada sebuah balkon yang luas, menghadap ke altar.

Pintu-pintu yang besar dari kayu yang berwarna coklat ada disekeliling gereja ini dan berjumlah 12 pintu. Jumlah tersebut sesuai dengan jumlah marga yang di tentukan oleh Cornelis Chastelein. Dan nama-nama marga tersebut dapat dilihat pada pintu gereja yang menghadap keluar.

Nama kedua belas marga yang dibentuk oleh Chastelein tersebut adalah Jonathans, Leander, Bacas, Loen, Samuel, Jacob, Laurens, Joseph, Tholense, Isakh, Soedira dan Zadokh. Tetapi untuk marga Zadokh, sampai sekarang sudah tidak ada lagi, entahlah seperti terputus keturunannya.

Dari pintu utama, ketika saya memasuki gereja ini, ada sebuah prasasti peringatan didirikannya gereja ini. Tahun didirikannya gereja ini yakni tahun 1854 dan tahun direnovasinya tahun 1998.

Saya pun memasuki sebuah ruangan di belakang altar gereja yang digunakan untuk rapat. Di sana tercantum nama-nama Pendeta yang melayani gereja ini sejak tahun 1713. Banyak sekali.

Tepat disebelah bangunan gereja terdapat sebuah bangunan lain yang masih kokoh berdiri. Dan sekarang , bangunan tersebut menjadi tempat sebuah Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein – Depok.

Atapnya yang lebar, dengan pilar-pilar yang kokoh di teras depan. Jendela yang panjang di sampingnya dan disanggah oleh besi untuk menahan atap jendela. Sangat menawan dan unik bangunan tersebut.

Masih di dalam bangunan ini, saya melihat berbagai cerita sejarah berdirinya Gereja Jemaat Masehi yang disebelah bangunan ini. Beberapa pigura yang berisi tulisan dari berbagai harian ibukota yang membahas tentang bangunan tua di Depok yang kian merana.

Sungguh ironis, karena hanya sebagai bingkai tanpa ada tindakan yang dapat diselamatkan atau setidaknya tempat ini dijadikan satu kawasan cagar budaya. Lalu ada juga foto-foto dari Presiden Depok yang pertama beserta keluarga. Foto dari sebuah suasana perayaan peringatan kota Depok.

Di sebuah whiteboard yang terpajangm, terdapat ringkasan perjalanan kedatangan Chastelein hingga meninggalnya di Depok. Dan pada tanggal meninggalnya Chastelein dirayakan sebagai hari jadi kota Depok dan kebebasan bagi para budaknya. Sebab, mereka telah mendapat warisan dari tanah-tanah dan bangunan miliknya.

Ada juga sebuah foto dari gedung gereja di sebelahnya. Dan juga sebuah foto dari Jembatan Panus. Jembatan Panus, juga sangat terkenal di kota Depok. Jembatan tertua yang sekarang sudah tidak dapat dilintasi kendaraan dalam jumlah yang besar.

Jembatan yang dibangun oleh seorang arsitek dari Belanda dapat dilihat kontruksi bangunannya jika berada dibawahnya. Saya menuruni jalan kecil menuju tepi sungai di bawah jembatan. Dua lengkungan seperti terowongan dan sebuah bangunan peyangga jembatan berdiri di tengah sungai. Disana ada gambar berupa garis yang menentukan ketinggian air sungai.

Keadaan jembatan ini sudah berlumut. Oleh sebab itu dibangun lagi sebuah jembatan agar setiap kendaraan tidak lagi melintasi jembatan tua tersebut. Ada juga sebuah lokasi pemakaman bagi dua belas marga yang ada di Depok ini.

Letaknya cukup jauh bila berjalan kaki, tepat di sebuah lapangan. Bentuk bangunan nisan yang terdapat di pemakaman ini beragam. Ada yang kotak, atau ada juga yang atapnya kerucut. Kemudian nama-nama orang yang sudah meninggal tercantum di tembok bangunan itu.

Biasanya atas permintaan keluarga, jenasah yang dimakamkan dijadikan satu dengan keluarga yang sudah mendahuluinya. Ada juga makam dari presiden Depok, letaknya di tengah pemakaman.

Rumah Cimanggis.

Setelah puas berkeliling dan menyusuri bangunan tua di sekitar kota Depok lama, perjalanan selanjutnya adalah menuju sebuah rumah tua yang dahulu merupakan salah satu tempat singgah saat menuju kota Buitenzorg atau kota Bogor.

Rumah Cimanggis lebih dikenal saat ini, letaknya di dalam lokasi RRI – Cimanggis. Ketika mobil bus yang saya tumpangi memasuki kawasan RRI terlihat banyaknya menara dan kawat-kawat kabel pemancar.

Dari kejauhan sudah terlihat atap rumah dari rumah Cimanggis ini. Ketika sudah sampai di depan rumah tersebut, wah tampak seperti rumah hantu karena tertutup pohon yang rimbun. Saat saya mendekati bangunan tersebut, atap bagian bawah sudah hampir rubuh. Dan ternyata ada seorang penjaga yang menempati rumah ini.

Kondisi rumah ini sudah mengenaskan dan benar-benar seperti rumah hantu. Atap langit-langit yang rubuh dibagian samping dari pintu masuk dibiarkan begitu saja. Selain itu penuh debu dan penuh sampah dari bongkahan kayu. Kusen pintu dan ukiran yang ada di setiap pintu masih utuh. Ukiran bunga dan malaikat sangat dominan diatasnya.

Rumah ini sangat luas. Ada beberapa ruangan yang luas di dalamnya. Jendela yang besar-besar menjadi cirri khas rumah yang dibangun oleh David J. smith antara tahun 1775 dan 1778. Pemilik dari rumah tersebut adalah janda Gubernur Jendral van der Parra. Ia meninggal pada tahun 1787 dan Smith yang akhirnya mewarisi seluruh kekayaannya.

Bagian belakang rumah ini juga masih sangat luas dan dipenuhi pohon serta semak belukar. Ada juga sebuah kolam kecil. Kalau saya membayangkan, dahulu rumah ini pasti sangatlah besar jika sebagai tempat persinggahan. Sebab dahulu untuk mencapai kota Buitenzorg masih menggunakan kuda serta harus melewati rawa, sungai dan jembatan yang rusak.

Sekarang, rumah ini sudah tidak berpenghuni lagi dan entahlah masa depan rumah ini, apakah akan dijadikan tempat yang sangat bermanfaat untuk melestarikan peninggalan sejarah, atau mungkin suatu saat diratakan dengan tanah.

*salah satu tulisan yang ada dalam kumpulan cerita Perjalanan Jelajah Kota Tua*

jkt, 17 Juni 2011
penulis : Veronica Setiawati

Sebuah Novel : Hidup Adalah Pilihan

Sebuah kejutan, penulis Novel "Hidup Adalah Pilihan", Delian, menghubungi inbok FB saya dan meminta bukunya diresensikan.. Waahh, ga nyangka aja. Soalnya , buku-buku yang saya resensi tersebut adalah buku-buku saya sendiri eeh maksudnya, buku yang saya punya, milik sendiri. hehe..

Tetapi ga nolak juga sih apalagi dapat buku dari penulis novel tersebut. Dan setelah saya baca,, waah... amazing story deh hehe..

****

Judul Novel : Hidup Adalah Pilihan
ISBN : 978-602-8955-38-6
Penulis : Delian
Editor : Dra. Eni Setiati

Perwajahan Sampul : Lee Reggi - LA'CIRQUE
Perwajahan Isi : Kusprihantoro
Diterbitkan oleh : Purnama Putra Tunggal Publishing
Multiplus Bussines Center
Mall Ciputra Lt.LG2 Unit 01, Suite #2 Jakarta Barat 11470
telp 021-99653024 , email : purnamaputratunggal@yahoo.com

Petama melihat buku ini, saya terkejut karna ukuran buku yang kecil, seperti buku saku. Tetapi sampul depannya gelap, seolah penuh rahasia serta terdapat dua orang lelaki yang duduk bersebelahan.

Halaman awal tertulis sebuah syair lagu yang berjudul "Hidup Adalah Pilihan". Sebuah lagu yang dinyanyikan oleh KLA Project dan menjadi inspirasi dari buku ini. Lalu apa sih yang menjadi pilihan dari Novel karya Delian ini?

Novel ini mengisahkan sebuah perjalanan cinta yang tak biasa, yang tak umum dan mungkin banyak dari masyarakat menolak hadirnya cinta ini. Ya, kisah cinta anak manusia antara Bram dan Glen.

Bram memang sudah lama merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan dirinya, sejak ia kecil. Bram, sudah mencoba untuk mencintai wanita-wanita cantik tetapi kisah cintanya dengan wanita-wanita selalu berakhir dengan sakit hati. Begitu pun dengan Vio, yang pada akhirnya wanita tersebut memutuskannya demi lelaki lain.

Rasa sukanya terhadap lelaki sudah Bram rasakan saat SMP dan terhadap para lelaki teman-teman SMP yang menggoda pacarnya, Rida. Keyakinananya tumbuh saat ia telah putus dari Vio. Dan semakin mantap saat Glen, sahabatnya saat SMP muncul kembali dihadapannya.

Glen, yang telah menjadi calon dokter dan sedang belajar di universitas di Jakarta, akhirnya membawa perubahan dalam diri Bram. Perjumpaan demi perjumpaa dengan Glen dan pernyataan cinta serta keinginan Glen untuk menjadi pasangannya , membuat Bram senang. Sampai-sampai teman satu kamarnya menduga ia tengah jatuh cinta dengan seorang wanita.

Setelah Glen dan Bram mulai menyatakan diri sebagai sepasang kekasih mereka saling membutuhkan. Sayangnya, hubungan kasih mereka tidak dapat diperlihatkan secara umum karena budaya dan norma-norma yang berlaku di masyarakat yang belum dapat menerima hubungan seperti ini.

Pergulatan dalam diri Bram akan cinta yang sedang ia rajut akhirnya diikat dalam sebuah pertunangan. Setelah itu masalah muncul sebelum Glen akan melanjutkan studi beasiswa kedokterannya ke Singapura, yakni peristiwa pembunuhan berencana terhadap dirinya.

Seorang wanita yang terobesi dan tertolak cintanya oleh Bram, menyewa seorang pembunuh bayaran untuk membunuh Glen. Wanita tersebut akhirnya dapat tertangkap tetapi karena menderita psikopat , maka di masukan ke dalam rumah sakit jiwa.

Selepas wisuda dan menyandang gelar sarjana Ekonomi Akutansi dari universitas terkenal di Jakarta, Bram menyusul kekasihnya ke Singapura dan hidup bersama di sana. Ia meninggalkan perusahaan minyak milik ayahnya dan ibunya. Karena sakit akhirnya kedua orangtua itu meninggal dunia.

Bram yang dilahirkan sebagai anak tunggal serta tidak pernah mendapat perhatian dari sang ayah karena ibunya lebih dominan di rumah mereka. Sehingga sosok lelaki tidak pernah ia dapatkan dari sang ayah. Ia mencari sosok lelaki dalam diri Glen dan ia menemukannya termasuk wanita yang dapat mencintai serta menerima dirinya apa adanya.

Saya terpana saat membaca buku ini, banyak hal yang tidak saya ketahui tentang kisah cinta sejenis tetapi De Lian bisa mengajak saya menjelajahi perasaan Bram dan Glen di dalam karyanya. Cinta memang universal dan setiap orang membutuhkan perhatian juga kasih sayang yang sesungguhnya. Kehampaan hingga membuat Bram masuk ke dalam dugem satu ke dugem yang lain karena perasaan kosong dan tak menerima balasan kasih sayang.

Keputusan yang sangat berat dan menanggung resiko besar adalah yang Bram pilih untuk hidupnya. Keberaniannya memutuskan jalan hidupnya dan cintanya. Sebuah pergolakan batin yang dituturkan secara jujur dan terbuka di dalam Novel perdana karya Delian.
Saya tak perlu membaca sampai berhari-hari sebab uraian yang ditulis seperti curhatan seorang sahabat. Gud luck De Lian.. Keep writing :)

Makasih bukunya..
salam,
veronica setiawati
http://facebook.com/kumpulanresensi

Hidup adalah Pilihan Dapat di lihat di https://www.facebook.com/media/set/?set=a.10150178067629214.324218.528129213
Kata Pengantar : Dede Oetomo , Ketua Dewan Pengurus GAYa NUSANTARA & Tika Bisono, MPsiT.,Psi.

Tebal Halaman: 235 Hlm

Price : Rp. 40.000,-

===============================================

Pesan sekarang juga, melalui SMS ke:

PURNAMA PUTRA TUNGGAL 021-99653024,

Rp 40.000,- (Blm termasuk ong-kir)

(Plus tandatangan dari penulis )

NOTE: Persediaan terbatas, tidak terdapat di semua toko buku di Indonesia (Self Selling)

BANTU SHARE ya guys hehe..biar laris xixi ^^v

Kamis, 16 Juni 2011

KAMU Bagian Dari Hidupku

Sebuah karya yang awalnya adalah lomba nulis menyambut hari Aksara tahun 2009 yang diadakan oleh Yuk Nulis!. Saya pun ikut serta mengirimkan tulisan saya dan turut dibukukan ke dalam sebuah buku. Menyenangkan sekali!
Awalnya ibu kost Yuk Nulis!, mengadakan sebuah acara kecil-kecilan dengan mengajak anggota komunitas Yuk Nulis dengan mengirimkan tulisan. Temanya adalah tentang PERSAHABATAN. Setelah dilakukan penjurian tulisan-tulisan yang masuk, terpilihlah tulisan dari Martina Felesia, berjudul "Memori Bulan September". Lalu semua tulisan itu di bukukan dan diberi judul KAMU Bagian Dari Hidupku :)

========
Judul Buku : KAMU Bagian Dari Hidupku
ISBN : 978-979-18815-2-4
Penulis : Anastasia Anita;Angel Li;Dede AM Setiadi;Femikhirana;Fonny Jodikin;Giacinta Hanna;Grace Ekanegara;Martina Felesia

Penulis tamu : Maria Rosa Anggraini,San San Tjahaya,Shandra Syailendra,Simon Nagari,Ratna Fri,Rini Giri,Veronica Setiawati

Editor : G.Lini Hanafiah
Disain sampul & layout : G.Danny Koestijo
Diterbitkan oleh :VIA LATTEA FOUNDATION
Kota Harapan Indah Blok HL No.8,Pejuang,Bekasi
http://www.via-lattea.org
Publlikasi Pertama (e-book), Februari 2010


Buku yang bertema SAHABAT yang diterbitkan oleh Yuk Nulis adalah hasil tulisan dari beberapa sahabat. Sebagian dari nama-nama yang menghiasi buku ini , pertama kalinya sewaktu ulangtahun Yuk Nulis ke dua. Meriah, penuh makanan, dan tak lupa tanda acara tangan buku!

Isi buku ini terdiri kata pengantar yang berjudul "Penulis itu Sahabatku" yang ditulis oleh ibu kost. (note: Ibu Kost, spertinya, judul ini yang ada didaftar isi,tertukar deh dengan judul di Prolog hehe.. ). Kemudian di prolog ada judul "Menulis,Membaca, Bersahabat" yang ditulis oleh ibu kost juga.

Di dalam prolog, disampaikan, bahwa Rumah Yuk Nulis dibangun bagi semua orang, baik untuk numpang curhat maupun numpang baca.Rumah yang tidak kaku dengan banyak aturan.Rumah yang membuat siapa saja betah dan boleh singgah,datang dan pergi.

Pada bagian Mengenalmu, lima penulis mendeskripsikan tentang "apa itu sahabat?". Tulisan pada bagian ini diuraikan oleh Grace Ekanegara,Dede An Setiadi,Angel Li, Femikhirana, dan Shandra Syailendra mengartikan arti sahabat itu sendiri dalam tulisan mereka.

Bagian kedua adalah "Berjalan Bersamamu". Alunan kisah yang menarik. Kisah dalam persahabatan dan hal-hal yang mungkin saja terjadi antara "aku dan sahabat". Dalam bagian ini ada tulisan dari Giacinta Hanna, Martina Felesia ( pemenang lomba ) , Rini Giri, San San Tjahaya dan Veronica Setiawati.

Berjalan Bersamamu, ada duka, ada suka, ada persaingan, ada kecewa, ada kesedihan, ada segalanya. Sahabat tempat suka dan duka, didengar dan mendengar serta tempat menjadi diri sendiri.

Bagian Ketika Kau Pergi. Setiap orang pasti pernah mengalami perpisahan dengan seorang sahabat. Sangat dekat hingga tak mampu untuk berpisah dengannya. Bagian ini, para penulis seperti Anastasia Anita, Fonny Jodikin, Dede A.M Setiadi,Angel Li, Maria Rosa Anggraini,Ratna Fri dan Simon Nagari ( Lelaki satu-satunya yang ikut sumbang tulisan hehe..), bercerita tentang rindu yang tersimpan, tentang kasih yang hilang,tentang kesedihan akan seorang sahabat tercinta. Tulisan yang mengharu biru dan menusuk kalbu. Betapa arti sahabat begitu punya makna yang dalam.

Tetapi kesusahan hari ini cukuplah untuk hari ini. Kesedihan hari ini cukup untuk hari ini. Harus ada kekuatan dari diri sendiri untuk Meneruskan Hidup. Yaa, bagian terakhir isi buku yang bertema sahabat, berakhir di bagian "Meneruskan Hidup".

Hanya dua penulis yakni Grace Ekanegara dan Femikhirana yang mengisahkan betapa semangat itu muncul kembali karena kehadiran sahabat-sahabat lama. Kisah yang pernah terkubur seakan berlompatan keluar dan mengubah hidup mereka.

Sahabat, saya membutuhkan mereka dalam hidup. Mereka mewarnai hidup saya. Diakhir buku yang memiliki 96 halaman, ada sebuah epilog yang ditulis oleh G.Lini Hanafiah yang berjudul KITA. Sahabat, bukan lagi "aku",bukan juga "kamu", tetapi "kita".

Halaman selanjutnya terdapat foto serta biodata singkat dari para penulis buku ini. Serta tak lupa komentar singkat dari yang telah membaca buku ini. Sampul bukunya bagus. Covernya warna coklat tua dan seorang lelaki yang hanya memperlihatkan punggungnya. Tapi ini menjadi kebanggaan saya, karena tulisan saya ada disini hehe..

jkt,16 Juni 2011

veronica setiawati
http://veronicasetiawati.blogspot.com

Minggu, 12 Juni 2011

Berpetualang Karena Putus Cinta

*Resensi Buku *


Dimensi: 15 x 23 cm

Tebal: 486 hlm halaman

Edisi: ISoft Cover

ISBN: 978-979-024-101-5

Bahasa: Indonesia

Kategori: Kisah Nyata

Penerbit PT. SERAMBI ILMU SEMESTA

Jl. Kemang Timur Raya No. 16 Jakarta Selatan 12730

Email : info@serambi.co.id; www.serambi.co.id

Website : www.cerita-utama.serambi.co.id

Pengarang Franz Wisner

Rp. 58.410,00

Tanggal Publish 09 Jan 2009



Sebuah buku yang menarik. Frans Wisner, seorang pekerja yang sangat mapan di New York, Amerika , akhirnya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya, menjual rumahnya dan membuang semua alat komunikasinya kemudian berpetualangan dengan adiknya.

Keinginan yang tidak terduga, dan tidak terbayangkan sama sekali dalam hidupnya akan membuat keputusan seperti itu. Kalau saja , Anne tidak memutuskan pertunangan mereka , tentu rencana bulan madu yang telah disiapkan Frans, tidak akan dilakukan bersama Kurt, adiknya.

Perjalanan ke beberapa Negara dan benua selama empat tahun telah membuka pandangannya tentang hidup. Cerita mereka saat mengalami masalah dalam transportasi , penginapan dan hal-hal lain menambah semakin menariknya buku ini.

Buku Honeymoon With My Brother , adalah sebuah kisah nyata dari penulisnya sendiri yakni Frans Wisner. Ia yang mengalami keputusasaan saat putus cinta, justru dari petualangannya , ia mendapatkan pengalaman berharga. Banyak alasan orang-orang melakukan kegiatan petualangan dan mungkin ada yang sama seperti Frans, salah satunya adalah karena putus cinta J Dan saya , ingin sekali bisa memiliki buku ini, kalau masih tersedia.

Ringkasan cerita dapat dibaca di :

http://book.store.co.id/Honeymoon_With_My_Brother%3A_Bertualang_Keliling_Dunia_Gara-gara_Putus_Cinta_buku_11031.html#previewbuku


salam jalan-jalan,

veronica setiawati

Jumat, 10 Juni 2011

Problem Cinta Dalam "LOVE"

Suatu hari, saya melihat tayangan film Indonesia yang pernah berada di bioskop di salah satu tivi swasta. Judulnya sederhana, hanya empat huruf, L/O/V/E. Ceritanya juga seputar asmara dan permasalahan dari masing-masing pasangan.

Love, bukan sebuah kisah picisan tetapi lebih mengedepankan sisi manusia yang butuh kasih sayang dan perhatian. Cinta bukan hanya melulu dimiliki oleh anak muda namun juga ternyata para orangtua pun merasakannya.


Adalah lima pasangan yang berbeda latar belakang, usia , status sosial dan masalah percintaan mereka. Namun kelimanya dapat digabung dalam satu film yang apik dan tak kehilangan makna cerita.Seperti kisah kumpulan cerpen dalam sebuah buku.

Mengikuti alunan lagu "Sempurna" yang dinyanyikan ulang oleh Gita Gutawa, diperkenalkanlah tokoh-tokoh utama dari cerita LOVE. Pemain-pemain terkenal dan kawakan seperti Alm. Sophan Sophiaan dan Widiawati, Irwinsyah dan Laudia Cyntia Bella, Fauzi Baadilah dan Acha , Surya Saputra dan Wulan Gurinto dan terakhir Darius Syntaria dan Luna Maya.

Kisah masing-masing pasangan berbeda beda dan beragam. Namun kehebatan dari film ini, seolah-olah para tokoh tersebut saling berdekatan. Padahal, kehadiran mereka hanya saling melengkapi sehingga jalan cerita jadi mudah dicerna dan dipahami. Tetap saja, mereka memiliki masalahnya sendiri-sendiri dan penyelesaiannya.

Kisah dari pasangan suami istri Widiawati dan Sophan Sophiaan begitu menyentuh saya. Bagaimana seorang Lestari yang diperankan oleh Widiawati mampu menerima kekurangan "Pak Guru" demikian tokoh yang diperankan oleh Alm. suaminya.

Pak Guru yang menderita Alzhaimer , penyakit yang menyerang sebagian memorinya. Sehingga dia selalu mengulangi rutinitas kehidupan hari-harinya dan tidak ingat akan hal-hal baru yang terjadi dalam hidupnya. Bahkan ia tidak mengingat nama cucunya sendiri dan yang ia ingat adalah nama anaknya Amir. Padahal, Amir sudah meninggal dan Arif, cucunya yang bersamanya saat ini.

Saya terharu bagaimana perhatiannya Lestari kepada Pak Guru Nugroho bahkan rela mendampinginya dalam kesehariannya. Cintanya mampu menerima ketidaksempurnaan Pak Guru.

Tak kalah menariknya adalah kisah dari Rama yang diperankan oleh Fauzi Baadailah yang berubah sejak bertemu Iin ( Diperankan oleh Aca ), gadis kampung yang sedang mencari kekasihnya ke Jakarta. Rama yang akhirnya mampu mencintai Iin setelah ia mengalami patah hati saat kekasihnya menikah dengan abangnya sendiri. Perjuangan berat kedua insan yang ingin melupakan kebodohan yang telah mereka lakukan dan kesia-siaan karena mengharapkan cinta yang sudah menjadi milik orang lain , akhirnya membuat mereka bersatu.

Demikian juga dengan kisah dua penulis yang dipertemukan di sebuah toko buku. kehadiran Tere , yang diperankan Luna Maya akhirnya pun mampu membuat jiwa nyamannya Awin ( diperankan oleh Darius ) tersentak. Perhatian yang lebih dan kejutan yang diberikan Tere tidak siap ia terima sebab dari keluarganya pun tak pernah melakukan hal tersebut kepadanya. Bahkan saat tulisannya akan diterbitkan, Awin marah kepada Tere. Konflik berakhir saat Awin siap untuk menerima perubahan dan menyatakan cintanya kepada Tere.

Kisah mengharukan juga berasal dari dua remaja Irwisyah dan Bella yang menjadi pengisi suara di awal film ini. Dinda yang diperankan oleh Bella, menderita kanker payudara sehingga ia menolak cinta Restu. Dinda pun seorang pengajar anak-anak autis. Namun akhirnya Dinda meninggal saat Restu mengucapkan "Aku tidak salah orang, sampai kapanpun kamu tetap yang terbaik."

Lain lagi kisah Gilang yang diperankan oleh Surya Saputra , yang telah memiliki seorang anak perempuan namun penderita Autis. Kisah rumah tangganya hancur karena sang istri , Miranda, diperankan oleh Wulan Guritno berselingkuh di depan matanya.Akhirnya dengan berat, Gilang menyerahkan Icha , anak perempuannya untuk diasuh ibunya.

Kisah LOVE ini ditutup oleh perjumpaan Gilang dengan seorang pelukis yang sedang memamerkan hasil karyanya di sebuah galeri. Dalam lukisan itu ada gambar dua tangan yang saling berpegangan dan salah satunya memakai gelang.

"Kalau gelangnya rusak, panggil aku. Karena hanya aku yang bisa memperbaiki gelang itu" kalimat itulah yang ada di awal dari film ini. Kemudian mereka berpisah setelah ayah dari anak lelaki itu menariknya pergi dan meninggalkan gadis kecil itu termangu di tepi sawah. Dan pada bagian terakhir mereka dipertemukan kembali. Gilang dan pelukis wanita yang cantik yang diperankan oleh Marsha Timothy menutup film LOVE yang berkesan.

Lokasi pengambilan gambarnya pun sebagian besar mengambil lokasi wisata kota tua di Jakarta. Tempat-tempat pemukiman padat penduduk disekitar Asemka juga terekam dalam gambar di film ini. Ini yang membuat film ini memiliki daya tarik tersendiri. Sebuah kehidupan serta peninggalan warisan dari bangunan tempo dulu yang terdapat di kawasan wisata sejarah di Jakarta.

Film yang hadir dibioskop pada bulan Februari dan bertepatan dengan hari Valentine sepertinya turut membantu memperkenalkan pariwisata Kota Tua kepada calon penontonnya selain menyimak kisah dari tokoh-tokoh berakting di dalamnya.

Walaupun kisah yang disampaikan lompat dari satu pasangan ke pasangan yang lain toh film LOVE telah memberikan kesan tersendiri kepada saya.


di dunia yang tidak sempurna ini
yang sempurna hanyalah….
cinta


jkt, 10 Juni 2011
veronica setiawati

Selasa, 07 Juni 2011

Buku Panduan Saat Mengajar Komputer

Sewaktu kuliah , menjelang skripsi deh ceritanya. Saya ditawari mengajar komputer. Di terima saja, tetapi dilakukan setelah pulang kuliah. Senangnya ngajar anak-anak yang masih SD.

===========
Judul Buku : Panduan Belajar Komputer dan Internet untuk sekolah Dasar
Penulis : ALI AKBAR,ST
Diterbitkan Oleh : Penerbit M2S Bandung - Anggota IKAPI
Jl. H Bardan 31 Terusan Logam Buahbatu Bandung 40287
Tep / Fax : 022 -7565370
Tata Letak : Tim M2S Bandung
Desain Sampul : Wien Anorga
ISBN : 979-3265-61-2
Cetakan ke-1 : Maret 2006

Cover bukunya bergambar sekeping CD yang terpotong yang terdapat berbagai gambar dari topik bahasan buku ini. Buku tersebut masuk ke dalam kurikulum 2004, waah lama yaah hehe.. dan berbasis kompetensi.

Karena buku pelajaran ini dikhususkan untuk anak-anak, tulisannya memakai font yang besar. Gambar-gambarnya tidak berwarna tetapi sangat jelas dilihat. Anak-anak pun dapat melihat gambar tersebut karena ada petunjuk dari setiap gambarnya.

Pertama-tama diberitahukan fungsi komputer itu untuk apa, kemudian diperkenalkan juga beberapa jenis komputer. Kemudian beberapa perangkat yang terdapat dalam komputer. Ada gambar-gambarnya juga dari beberapa perangkat keras ( Hardware )yang ditulis dibuku ini.

Kalau untuk pengelanan Software atau perangkat lunaknya, dipaste gambarnya dari komputer yang telah dihidupkan. Ada penjelasan mengenai sistem operasi yang sangat penting. Setelah mengetahui dan mengenal apa saja sistem operasi , dikenalkan juga beberapa perangkat lunak untuk aplikasi yang fungsinya untuk membantu pekerjaan manusia- seperti berhitung, membuat gambar, pengolah kata,games, memainkan video dan lainnya.

Setelah mengenal perangkat yang ada dalam komputer, buku ini juga memberitahukan kepada anak-anak caranya menggunakan internet ( Interconnecting Networking ). Hmm... tetapi buku ini tidak menjelaskan sampai cara tekhnis sehingga internert dapat dijalankan di sebuah komputer. Buku ini hanya menjelaskan cara penggunaan internet bagi anak-anak.

Telah disebutkan bahwa, komputer digunakan manusia untuk membantu pekerjaan mereka sehingga lebih mudah. Buku ini pun membantu anak-anak yang gemar menggambar. Atau bagi mereka yang membuat laporan atau tulisan dengan menggunakan perangkat pengolah data , MS Word. Serta membuat file suara di dalam komputer.

Langkah-langkah untuk sampai menuju perangkat tersebut hingga dapat digunakan juga dijelaskan dengan gambar-gambar. Dan tidak sulit untuk mengikutinya. Buku ini memang sudah cukup lama, tetapi mungkin masih dapat berguna bagi siapa saja yang belum mengenal komputer dan penggunaannya.

Jakarta, 19 Juni 2011
Veronica Setiawati

Rabu, 01 Juni 2011

puisi : Bulan dan bintang

Bulan dan bintang hidup bersama.
Dalam satu langit yang sama.
Tetapi mengapa bulan iri kepada bintang?
Ia lebih berkuasa di malam hari
Ia lebih terang sinarnya daripada bintang
Tetapi mengapa bulan membenci bintang?

Haruskah bintang menghilang dari sisi bulan?
Padahal mereka tinggal dari langit yang sama
Tugas mereka pun sama, bersinar ketika malam
Tidak bisakah bulan menerima bintang?

Wahai sang bulan,
katakanlah padaku mengapa kau benci bintang?
Apa yang membuat hatimu gusar kepadanya?
Sudahkah ia menyakitimu?

Kasihanilah ia, bulan
Relakan sedikit hatimu untuk menerimanya dalam hatimu
Rangkulah ia dalam dekapmu
Bukankah ia saudaramu
Bukankah kalian sama-sama tanpa terpisahkan?

Wahai bintang,
janganlah bersedih
Hapuslah airmatamu dan janganlah berkecil hati
Mungkin maksud hatinya baik
Ia saudaramu , maafkan ia jika menegurmu dengan keras

Mendekatlah lagi jangan tinggalkan langit
Siapakah yang akan membantu bulan menerangi malam?
Tersenyumlah..
Bila bulan menyakitimu lagi
tersenyumlah...

Jakarta, 01 Juni 2011
veronica setiawati