Kraukk.com

728 x 90

my twitter

Follow g1g1kel1nc1 on Twitter

Selasa, 27 September 2011

DD : Elegi Seorang Penyanyi Dangdut

Lagu dangdut sepertinya selalu dianggap sebagai musik orang pinggiran atau rakyat kelas bawah. Kata-kata yang terkandung didalamnya kadang terlalu blak-blakan. Tetapi kenyataannya banyak juga lagu-lagu dangdut yang menjadi fenomena di tengah masyarakat.

Selain itu , kisah sukses para penyanyi dangdut pun selalu mempunyai cerita. Berangkat dari pengalaman artis panggung di kampung hingga menjadi seorang superstar di Ibukota. Atau mungkin seperti Mba Inul Daratista, berkat rekaman video yang menyebar di dunia internet. Dalam video tersebut memperlihatkan dirinya sedang tampil disebuah panggung hingga orang-orang mengenal Inul dengan sebutan "Goyang Ngebor".

Tetapi, di dalam buku fiksi karangan Ronierays, yang mempunyai 224 halaman ini, bukan bercerita tentang Inul sebagai penyanyi dangdut. Buku ini menceritakan kisah seorang wanita yang sukses seorang artis dangdut bernama Prisyla dan juga melainkan kisah mengharukan dibalik suksesnya. Kisah yang mungkin dapat menimpa siapapun yang ingin mencapai kesuksesan, terkenal dan tidak ingin miskin harta. Keluarga dan harga diri dijual demi mendapatkan kehormatan di gemerlapnya dunia panggung keartisan.

Sebagai pembaca, mungkin akan terbawa arus kemarahan kepada penyanyi dangdut wanita yang dengan tega meninggalkan suami dan ketiga anaknya demi harta dan kepopuleran. Di depan mata suami dan anaknya yang masih usia enam tahun pergi demi lelaki lain yang bisa mewujudkan impiannya sebagai artis terkenal di kota.

Figur suami dan sekaligus seorang bapak yang ditulis Ronierays dalam tokoh Affandi , memberikan keteduhan dan keseimbangan dalam novelnya ini. Bagaimana Affandi ini, mampu berbesar hati terhadap perbuatan istrinya yang telah melukai hatinya, meninggalkan dendam di hati anak tertua mereka, Bara. Setiap orang yang membaca figurnya yang penuh maaf dan lembut hati akan tersentuh. Dan akan mengucapkan "Sungguh beruntung Prisyla bersuamikan Affandi."

Kesadaran itu muncul dalam diri Prisyla setelah ia sukses mendapatkan apa yang ia ingini. Pernikahannya dengan Yohan, lelaki yang telah berhasil membawanya lari dari keluarganya pun mulai diambang kehancuran, apalagi pertengakaran mereka semakin memuncak saat Prisyla ingin punya anak dari Yohan.

Yohan, tidak mencintainya seperti mantan suaminya, Affandi mencintainya dan bahkan lebih menghargainya. Yohan hanya memanfaatkan dirinya sebagai mesin pencetak uang dan hanya untuk membalaskan dendam pribadinya terhadap Affandi yang telah menikahi Prisyla, kekasihnya dulu.

Yohan segaja menghancurkan keluarga Affandi dan mempermalukannya dengan mengirimkan uang ganti istrinya, Prisyla. Sebuah dendam dan sakit hati yang dalam membuat Yohan tega melakukan itu terhadap teman satu kampung dan satu kelompok orkes melayu. Sebuah sikap yang tak pantas ditiru!

Kesadaran akan kesalahannya yang telah meninggalkan keluarganya, membuat Prisyla kembali mencari mereka. Saat ke Banyuwangi, tempat awal mereka membina keluarga ternyata kehadirannya ditolak oleh warga yang marah akibat perbuatannya. Mereka tidak lagi memandangnya sebagai seorang penyanyi terkenal,melainkan seorang istri dan ibu yang tega meninggalkan keluarga demi uang.

Akhirnya sebuah pertemuan keluarga itu tak terhindakan lagi. Namun, pertemuan itu membawa luka di hati Bara, anak tertuanya, sedangkan dua anak kembarnya tidak mengetahui kalau kehadiran wanita yang mereka kenal sebagai artis itu adalah ibu mereka sendiri. Karena mereka mengganggap ibu mereka telah mati di laut saat kapal membawa mereka dari Kalimantan demi menolong mereka.

Pertemuan kembali ini membawa tradegi. Jantung Affandi yang tidak kuat akhirnya membuatnya pergi dari dunia. Satu sikap yang diperjuangkan oleh Affandi kepada anak-anaknya yakni "Jangan membalas kejahatan ibunya dan jangan membiarkan amarah karena dendam menguasai jiwa Bara, anaknya." Betapa figur seorang bapak yang sangat mulia ditunjukan oleh Affandi di depan Prisyla kepada anak lelakinya tersebut.

Bagian akhir , diceritakan Prisyla pergi dari anak-anaknya. Tetapi kali ini setelah ia melakukan sebuah janji demi mereka. Tidak diceritakan ia pergi kemana. Satu hal yang telah terjadi, perubahan besar dalam dirinya atas kesalahannya dimasa lalu telah ia tebus demi anak-anaknya dan masa depan mereka. Jawaban atas peristiwa masa lalu yang ditanya anak-anaknya yang kini telah dewasa, dijelaskannya dengan terbuka agar mereka mengerti walaupun berat bagi mereka untuk menerima kenyataan atas apa yang telah ibunya lakukan dimasa lalu.

Akhir yang menjadi perenungan bagi pembaca pula. Apakah penyanyi ini akan berkumpul bersama anak-anaknya. Atau mungkinkah suatu hari anak-anaknya akan datang kepadanya, entahlah , tetapi saat Prisyla pergi untuk kali ini ia mempunyai tujuan.

Judul buku : DD : Elegi Seorang Penyanyi Dangdut
Penulis : Ronierays
Penerbit : Samanty - Jogjakarta , 2010
ISBN : 978-602-96889-1-7
Dimensi buku : 13 x 19cm dengan viii + 224 halaman
website link : http://www.leutika.com/produk/10041/novel/100865/dd_elegi_seorang_penyanyi_dangdut/100847/ronierays

Jakarta, 01 Oktober 2011

veronica setiawati
www.veronicasetiawati.blogspot.com

Sepanjang Perjalanan Ziarek

Apa saja yang dapat dilihat selama perjalanan panjang Ziarek tanggal 30 Agustus - 03 September 2011 dari Jakarta, Kediri, kemudian menuju Ganjuran, Ambarawa, Rawa Seneng - Temanggung dan berakhir di Weleri sebelum akhirnya esok paginya tiba di Jakarta.

Jakarta sudah sepi dari kendaraan sehingga perjalanan menuju Rest Area cikampek lebih cepat daripada sehari-harinya. Karena bus yang kami tumpangi berhenti cukup lama dan akan melanjutkan perjalanan lagi yang cukup jauh, saya turun untuk ke toilet. Heran, kenapa toilet wanita itu selalu penuh dan antri pula?

Antrian panjang dan penuh bukan hanya terjadi saat berangkat tetapi dalam perjalanan pulang. Di SPBU akan terlihat toilet yang sudah antri beberapa orang untuk masuk ke dalam. Dan lebih repotnya lagi, harus siapin uang recehan jika selesai dari toilet. Walaupun bayar, kadang ada juga loh toilet yang bau dan tidak bersih! :D

Nah, selain toilet ada lagi neh tempat yang lebih enak dikit yakni sebuah tempat makan. Hehe.. maaf loh pembukaan cerita ga enak banget ya ..

Saya tidak ingin menceritakan makanan yang dijual disana, tetapi di Pring Sewu-nama tempat makan tersebut, menawarkan kepada saya bibit pohon. Yes, bibit pohon durian yang gratis bisa dibawa pulang. Karena pohon durian itu butuh satu halaman yang luas, apalagi ia termasuk memiliki batang pohon yang besar maka saya tidak bisa mengambilnya. Kecuali, bibit tersebut dapat tumbuh di pot atau pohon bonsai saya mau ambil. :D

Tetapi saya suka penjelasan dari pegawai rumah makan ini yang menceritakan kalau restoran ini sudah mulai untuk ikut serta dalam penghijauan lingkungan hidup. Beberapa foto dari kegiatan untuk lingkungan hidup dapat dilihat setiap pengujung tepat di pintu masuk restoran. Selain itu, dia juga bercerita kalau bibit tanaman yang diberikan tersebut berasal dari biji buah yang dibuat juice.

Beberapa brosur dan peta jalur kendaraan juga disediakan tempat makan ini. Seperti tempat tujuan wisata Curug Cipendok, Masjid Saka Tunggal, dan lainnya sepanjang Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen. Saat kami sedang berbincang , banyak yang mendekat dan ikut mengambil brosur tersebut.

Restoran ini juga menyambut kedatangan kami saat turun dari bus dengan tari-tarian khas daerah setempat. Musik dan gerakannya seperti yang saya lihat di alun-alun Cilacap. Sangat menghibur! :)

Lalu saat bus tiba di Ganjuran dari perjalanan panjang yang penuh kemacetan dari Kediri. Malam itu ada sebuah perayaan ekaristi yang dengan gaya tradisional Jawa di pelataran Candi Hati Kudus Yesus-Ganjuran. Para iringan yang memasuki pelataran Candi selain misdinar mengenakan pakaian adat Jawa. Namun sayang, saya tidak dapat mengikuti perayaan yang tidak pernah saya lihat seperti ini karena saya dan teman-teman rombongan harus melanjutkan perjalanan menuju kota Jogya untuk bermalam.

Saat pagi hari dalam perjalanan menuju Sendangsono dari kota Jogya, pak supir bus kami memberitahukan desa di sekitar Magelang yang hancur karena erupsi merapi. Saat bus melintasi rumah-rumah penduduk yang saat ini sudah kosong dan tinggal puing-puing, pak supir memberitahukannya kepada kami semua yang ada di dalam bus dan jalan dimana kami lewati ini pernah ditutup saat erupsi terjadi. Saya melihat dari balik kaca bus kondisi yang memilukan hati. Rumah yang hancur dan rata dengan debu serta pasir dari letusan gunung.

Kekeringan juga melanda sebagian kota ini. Apalagi saat perjalanan dengan angkot sejauh 7 km menuju Goa Maria Sendangsono. Pak Supir angkot yang bernama Pak Dar itu memberitahukan hujan belum juga turun sudah hampir setengah tahun ini. Jalan menuju Sendangsono memang mengerikan, berliku-liku dan hanya untuk mobil kecil bukan untuk bus besar. Sepi dan tidak ada lampu yang menerangi jalan tetapi bagi pak Dar hal itu tidak masalah karena dia sudah terbiasa melewatinya dan sudah hafal jalan yang dilalui.

Sendangsono tempat yang sangat indah tata letak bangunannya.Sehingga pantas saja diberikan penghargaan arsitektur terbaik. Di tengah komplek Gua Maria Sendangsono terdapat sebuah bangunan yang atapnya berjumlah tiga dan diatas masing-masing puncak atap tersebut terbagi tiga. Bangunan tersebut yang saya dengar adalah karya dari Romo Mangun.

Tempat yang lain yang berkesan buat saya adalah Pertapaan Rawa Seneng. Saat bus memasuki tempat yang sunyi , gelap dan jauh dari keramaian, saya bertanya dimana ini? Pertapaan Rawa Seneng adalah sebuah tempat pertapaan para rahib khusus pria. Mereka tinggal disana dan membaktikan hidupnya dalam doa. Di tempat tersebut ada sebuah perternakan sapi yang berasal dari Australia. Para pekerjanya adalah penduduk lokal. Ternyata banyak juga yang datang ke tempat tersebut.

Selain tempat yang dikunjungi serta yang dilewati dalam perjalanan , kondisi jalan yang macet juga mempengaruhi. Maklum saja saat kami pergi ini adalah liburan yang cukup panjang menyambut hari raya Idul Fitri.

Tetapi, walaupun perjalanan panjang bersama teman-teman dari berbagai paroki di Jakarta tetap membawa kesan tersendiri. Bahwa seluruh perjalanan digunakan sebagai bentuk kerinduan kepada Tuhan dan bukan hanya sekedar jalan-jalan ataupun rekreasi. Semoga kasih karunia Tuhan yang telah dirasakan selama perjalanan ziarek, membuat saya dan teman-teman semakin dekat kepada Tuhan. :)

salam,
veronica setiawati
email : g1g1kel1nc1@yahoo.com.au

Minggu, 18 September 2011

Hai Puhsarang, Kita Bertemu Lagi!

Tepat tengah malam rombongan kami tiba di halaman Wisma Bethlehem Puhsarang , Kediri. Lalu kami mulai sibuk memilih barang-barang yang telah diturunkan dari bus yang membawa kami dalam perjalanan 15 jam lebih. Dan di Wisma Bethlehem lah rombongan kami menginap.

Wisma Bethlehem berada di dalam kompleks Gua Maria Puhsarang. Ada tiga ruangan untuk para tamu beristirahat. Tiap ruangan tersebut memiliki beberapa kamar . Dan tiap ruangan mempunyai nama sesuai Abjad, A-B-C.

Saya di ruangan yang berabjad B dengan nama Ruang Bernadeth. Di dalam ruangan ini ada beberapa kamar. Satu kamar bisa terdiri dari 3 – 8 orang. Satu sisi tempat tidur dapat terdiri dari 4 orang – dua di atas dan dua orang dibawahnya. Tempat tidurnya susun bertingkat tetapi bukan dari kayu atau besi tetapi sudah permanen dan dikeramik yang menempel pada dinding kamar. Di tengah tempat tidur ada tangga dari besi yang kuat untuk para tamu yang tidur diatas. Dan ada sebuah meja kecil.

Kamar mandi di dalam ruangan pun berjejer di sebelah kiri dan kanan dari pintu masuk ruangan. Bahkan di bagian belakang pun juga terdapat kamar mandi dan sebuah gudang untuk peralatan kebersihan. Jika tamu yang menginap hendak mencuci sendiri pakaiannya juga tersedia ember plastik yang ada di depan pintu kamar mandi yang digunakan untuk mencuci pakaian. Tempat jemuran kecil yang terbuat dari aluminium pun ada tepat di depan pintu setiap kamar.

Untuk harga kamar dapat dicek pada bagian depan ( front office ) Wisma. Di lobby dari wisma ini ada tempat duduk yang digunakan untuk makan bersama para tamu yang menginap. Hidangannya juga disiapkan dari tempat ini juga dengan makanan khas Jawa Timur.

Lobby yang sangat menarik bangunan arsitekturnya ini ternyata dipersembahkan oleh PT. Gudang Garam Tbk Kediri pada tanggal 7 Oktober 2001. Bila ada tamu yang ingin menikmati hidangan atau berkumpul tanpa menggunakan bangku , di pojok dekat ruang kamar ada sebuah tempat yang beratap kayu seperti saung.

Di dekat lobby ada sebuah ruangan yang kami pakai untuk rekoleksi. Di sana Romo M.Y Riawinarta, Pr memberikan pengajarannya tentang Bunda Maria. Ada tiga hal yang disampaikan tentang Bunda Maria yakni Bunda Maria sebagai Mother ( ibu ), Mediatrix ( perantara ) dan Messenger ( pembawa pesan).

Bukan hanya rekoleksi dari Romo yang menjadi kegiatan kami, tetapi pagi pertama setelah kami datang di tempat ini, kami melakukan kegiatan jalan salib yang terdapat di kompleks Gua Maria Puhsarang yang sangat luas tersebut. Dengan sepenuh hati kami menjalankan prosesi jalan salib dan masing-masing kami mengambil bagian untuk membaca renungan tiap perhentian.

Selesai menjalankan prosesi jalan salib, kami menuju salah satu pondok Rosario yang terdapat di Kompleks Gua Maria Puhsarang. Di pondok Rosario dengan peristiwa Mulia , kami mengadakan perayaan Ekaristi. Oh ya, jika diperhatikan, tiap sudut pada atap dari pondok Rosario itu ada lambang dari keempat penginjil.

Ada hal yang penting dari homily Romo M.Y Riawinarta, Pr yang saya catat yakni “Pengabdian yang sungguh-sungguh menjadikan hidup yang lebih baik” dan “Kaum Muda dengan talenta dapat menularkan kasih Kristus kepada kaum muda yang lain.”
Malam harinya, diadakan acara prosesi lilin. Acara ini seperti yang diadakan di Loudres, tempat penampakan Bunda Maria kepada Bernadeth Soubirou. Dua orang lelaki dari teman kami menaruh tandu patung Bunda Maria dipundak mereka dan mereka berjalan di depan kami.

Selesai ibadat singkat di pondok Rosario peristiwa Mulia, kami berjalan perlahan sambil berdoa Salam Maria sambil memegang lilin. Setiap perhentian dari setiap Rosario , kami berhenti sejenak menunggu yang bertugas membaca renungan dari peristiwa yang dibacakan selesai. Setelah itu kami berjalan lagi hingga tiba di depan Gua Maria. Pengunjung yang berada disekitar Gua Maria tampak terpana melihat rombongan kami. Karena mungkin acara prosesi lilin seperti ini belum terlalu familiar.
Kompleks Gua Maria Puhsarang ini sangatlah luas. Di buat mirip seperti Loudres di tempat aslinya bahkan patung Maria yang tinggi di dalam gua di bawa langsung dari Loudres. Bahkan diorama dari setiap perhentian yang ada di Gua Maria juga mengikuti seperti yang ada di sana. Tetapi bentuk bangunan gereja yang begitu menarik dan khas.

Di kiri dan kanan bangunan gereja terdapat gua yang terbuat dari susunan batu. Dinding yang mengelilingi gereja tampak juga gambar perhentian jalan salib yang berakhir dekat mulut gua disebelah kiri gereja. Jika melihat ke dalam gereja, terlihat bentuk Altar yang menyerupai bangunan candi. Lalu atap gerejanya yang hanya memakai empat penyangga besi.

Atap bangunan gereja bentuknya juga unik, berbentuk lancip seperti atap rumah Minangkabau dan menghadap ke empat penjuru . Di sekitar gereja, terdapat makam dan ada sebuah bangunan kecil berbentuk altar yang terbuat dari tumpukan batu.

Saya kembali lagi ke tempat ini. Kedatangan saya kali ini tidak sendiri tetapi bersama teman-teman karyawan muda dalam KSK ( Keluarga Sarjana Katolik ) Widyakarya yang merupakan salah satu organisasi kategorial di Keuskupan Agung Jakarta dalam acara Ziarek.

Perjalanan kesekian kalinya ke Puhsarang ini setidaknya menambah lagi daftar catatan perjalanan saya selain yang pernah ada di dalam buku saya yang berjudul My First Journey.

Puhsarang Dalam Cerita 30 Agst – 01 Sept 2011
Penulis : Veronica Setiawati
FB : www.facebook.com/g1g1kel1nc1
Twitter : @g1g1kel1nc1

Sabtu, 17 September 2011

Macetnya Kendaraan di Hari Sabtu

Sabtu pagi seperti biasa saya berangkat kerja. Daripada ga masuk kena potongan gaji yang lumayan besar, lebih baik saya datang walaupun telat juga hehehe..

Dan seperti hari-hari lainnya, kemacetan sudah terlihat di sepanjang jalan ring road kembangan menuju lampu merahnya. Dari Auto2000 sampai perempatan lampu merah kembangan. Ada juga sih genangan air karena hujan semalam. Itupun hanya satu orang petugas kebersihan yang menyodok lubang dibawah trotoar supaya air genangan di aspal jalan dapat melewati lubang tersebut dan mengalir ke got.

Ketika pulang kantor, kemacetan juga pasti terjadi di sepanjang jalan raya kembangan mulai dari Puri Mall hingga perempatan lampu merah. Belum lagi kalau ke arah Meruya / Ciledug macet total , udah deh ga bergerak sama sekali dan aneka bunyi-bunyian klakson menggema ke udara!

Sabtu ini disiang hari macet selalu terjadi dan itu selepas lampu merah Cengkareng ke arah kapuk kamal/tol bandara. Dari jalan layang yang melintasi jalan raya Daan Mogot saja kendaraan sudah macet, apalagi yang ada dibawah jalan layang tersebut, tersendat!

Saya urungkan niat untuk naik angkot ke rumah karena melihat kendaraan yang memutar arah dari depan ramayana ke kapuk kamal/tol bandara sudah macet. Kendaraan yang akan masuk ke tol dan keluar dari tol JORR juga tertahan. Suasana sangat ramai dengan bunyi klakson. Dan pemandangan seperti ini menguntungkan tukang ojek untuk mencari penumpang yang ingin lebih cepat sampai ke tempat tujuan.

Saya pun tertahan di Ramayana Cengkareng melihat pemandangan yang sering saya lihat setiap hari sabtu siang sepulang kerja. Sambil menunggu jemputan yang membawa sepeda datang, saya menikmati dinginnya gedung Ramayana yang pernah habis ludes isinya dijarah pada saat kerusuhan tahun 1998 ini.

Sepeda pun datang sekitar pukul 14.00 dan kendaraan masih padat tersendat. Akhirnya saya pulang naik sepeda mini yang ada keranjangnya dan berwarna pink. So sweet banget deh warnanya hehe.. Dan dengan semangat membara saya mengayuh sepeda tersebut melewati pasar.

OOhh maksud hati supaya cepat lewat jalan pintas, yakni di belakang gedung ramayana , ternyata macet. Sebabnya, ada kopaja 609 yang juga mencari jalan pintas juga. Kopaja yang jalurnya ke Meruya - Blok M itu lewati jalan yang masih dipenuhi pedagang sayur ini. Saya meliuk kanan kiri hingga tepat dibelakang kopaja dan tentu bersama rekan-rekan pengendara motor mengikuti kopaja yang jalannya sangat pelan didepan.

upps akhirnya bebas dan saya bisa melanjutkan perjalanan menuju rumah dengan sepeda. Walaupun lelah tapi jadi Semangat bersepeda! ;D

Jakarta, 17 September 2011
penulis : veronica setiawati
mail to : g1g1kel1nc1@yahoo.com.au
sumber gambar google.com

*base on my true story on This day*

Minggu, 11 September 2011

Coretan Rohani : Mengampuni

Saya selalu dihadapkan dengan kata ini, "Mengampuni". Dan entah mengapa pula dalam salah ujud doa yang aku sampaikan di hari terakhir perjalanan ziarek saya bersama dengan teman-teman KSK Widyakarya , yang berpusat di Paroki Theresia - Menteng, adalah untuk kesatuan NKRI. Tetapi saya percaya, Tuhan akan menggerakan hati banyak orang demi kesatuan NKRI.

Tidak ada hal yang lebih indah dan membuat hati tenang kecuali mengampuni. Lalu hasilnya adalah terjadinya pemulihan hubungan yang semula retak menjadi satu kembali. Mungkin ada yang tidak percaya kalau mengampuni bisa menyembuhkan penyakit atau membuat hubungan menjadi baik kembali. Tetapi, sungguh banyak terjadi mukjizat karena mengampuni dan banyak orang yang bersaksi karena saya mengampuni, saya sembuh, keluarga saya dipulihkan dan hidup saya damai.

Lalu, siapa yang diampuni? Orang-orang yang telah menyakiti perasaan kita. Biasanya orang yang paling dekat. Mereka mengucapkan kata-kata yang membuat kita marah atau mereka yang meninggalkan kita.

Saya pun dulu merasa mengampuni itu sangatlah sulit. Berulang kali saya mencoba setiap kali rasa benci itu muncul. Saya sampai menangis dalam doa supaya Tuhan membantu saya mengampuni. Saya merasa capek dan lelah bila harus menahan rasa marah, benci dan dendam kesumat di dalam hati saya. Dan saya merasa hubungan saya dengan sesama semakin jauh. Bahkan Tuhan pun hilang dari doa-doa saya.

Lalu apa yang saya lakukan? saya minta ampun kepada Tuhan. Berjanji untuk mengampuni siapun termasuk juga keluarga saya. Itu pun saya tidak mampu melakukannya dengan kekuatan saya sendiri. Oleh sebab itu saya datang kepada Tuhan yang kata orang Dia itu baik, maha agung dan sebutan lainnya.

Saya mencari-Nya dengan segenap hati dan memohon pengampunan untuk bebaskan saya dari kebencian, kemarahan dan semua yang menghalangi saya hidup damai. Dan Ia pun menjawab dan pengampunan itu dimulai di dalam keluarga saya. Sejak itu , saya berusaha di dalam hidup saya untuk selalu mengucap syukur. "Terima kasih Tuhan.."

Ketika saya mengikuti ziarek lagi bersama teman-teman KSK Widyakarya tanggal 30 Agustus 2011 - 03 September 2011 sebagai ungkapan syukur saya. Tetapi, kata-kata pengampunan itu tidak pernah lepas dari saya dan di tambah dengan kerukunan.

Seperti yang saya terima saat berdoa di Gua Maria Pohsarang. Kalimat yang diulang-ulang membuat saya terharu dan menangis tersedu-sedu. Kalimat ini pun ada pada saat ibadat Misa sebelum salam damai. "Ampunilan kami , Jangan memperhitungkan dosa kami tetapi perhatikanlah iman gerejaMu dan restuilah kami untuk hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendakMu."

Kedua, saat di Gua Maria Ambarawa. Saya berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus. Saya tidak berani untuk masuk ke dalam Kapel Adorasi. Saya berdoa di depan pintu kapel. Di situ saya memohon dengan sangat rahmat pengampunan dan pemulihan hubungan yang sudah retak.

Adalah rencana Tuhan, membawa saya datang ke tempat ini lagi. Di sinilah saya pernah bertemu dengan seseorang yang akhirnya menyakiti saya, meninggalkan saya dan membuat luka yang dalam. Tetapi saat saya datang lagi, di hadapan Yang Mahakudus, saya berdoa mohon pengampunan dan bila suatu saat dipertemukan , saya ingin meminta maaf padanya.

Ternyata, pada saat di persekutuan doa yang telah dibuka kembali pada tanggal 8 September 2011 juga sama renungan yang dibawakan adalah mengenai Mengampuni. Bagaimana kesaksian dari seorang pengajar , Monica Meifung. Ia dulu adalah Kepala Sekolah saat saya ikut SEP Mudika angkatan ke 4 di Shenikah. Lalu ia kami panggil dengan nama Ci Meifung.

Ia menceritakan bagaimana ibunya yang selama dua puluh tahun menikah tetapi mengalami kekerasan fisik dan batin dalam rumah tangga dan tampak seperti mayat hidup. Hingga terbesit keinginannya untuk bunuh diri.

Tetapi karena si ibu melihat Ci Meifung kecil dan adiknya , niat tersebut dibatalkan dan keinginan hidup kembali muncul. Setelah suaminya meninggal, ia bertobat dan ia selalu berdoa untuk suaminya , mohon pengampunan baginya dan suaminya selama suaminya masih hidup. Cintanya kepada suaminya tak pernah putus walaupun selama menikah dengannya mengalami hidup yang sengsara tetapi ibunya mau terus mengampuni dan mendoakan untuk setiap kesalahan suaminya.

Bagaimana Ci Meifung bercerita tentang kasih ibunya terhadap suaminya yang telah banyak meninggalkan luka batin dihatinya, tetapi sang ibu tetap meluangkan waktu untuk mendoakannya itu membuat mata Ci Meifung berkaca-kaca. Saya tak kedip menatapnya karena saya duduk paling depan dan merenungkan cerita itu di dalam hati saya. Dan dengan cerita itu pula yang saya sampaikan, akhirnya salah seorang dari sanak keluarga saya terselamatkan dan ia juga sembuh.

Dan terakhir , saat mengikuti Misa hari Sabtu. Kembali pengampunan itu diangkat menjadi tema minggu ini. Bahwa mengampuni itu tidak cukup sekali, tetapi berulang ulang kali.

Dan cerita pengampunan itu bukan tanpa arti selalu dihadapan dengan saya. Sebuah mukjizat sungguh terjadi di sanak keluarga saya yang lain dan hati saya percaya, bahwa Tuhan sungguh baik. Ia tidak membedakan orang!

semoga tulisan ini dapat memberikan pencerahan dan membuat kita mengambil keputusan untuk mengampuni. Tuhan Memberkati!

sumber gambar : Google.com ( searching : Gambar Pengampunan )

Salam,
Penulis : Veronica Setiawati
email : g1g1kel1nc1@yahoo.com.au
fb : kumpulanresensibuku
www.veronicasetiawati.blogspot.com

Senin, 05 September 2011

Blog Ku Aktif Kembali :D

Sejak Maret 2011 , blog Jalan Kemana Aja Sihh?? di hack. Duuh rasanya kesel dan sedih pengen nangis. Putus asa udah ga mau nulis lagi.

Padahal aku ini lagi gairah tingkat tinggi dan mempunyai banyak rencana untuk menulis beberapa tempat yang akan aku kunjungi. Tetapi.. semua hilang dan gairah itu juga lenyap.

Saat galau seperti itu aku mulai ingat dengan permintaan Mas Kartum, ketua dari Komunitas Jelajah Budaya. Apa permintaannya ? Buat buku :)

Mulai deh sedikit ada titik terang. Kenapa ga buat buku aja neh? Mulai deh semangat cari informasi tentang bikin buku lewat google. Dan akhirnya ketemu deh dengan yang namanya leutika prio, sebuah public service yang membantu para calon penulis buku supaya dapat menerbitkan bukunya.

Akhirnya, dengan mengambil beberapa cerita dari blog aku di Jalan Ke mana Aja Sihh?? aku merangkumnya menjadi satu naskah. Lalu aku kelompokan menjadi tiga bagian perjalanan yakni bersama komunitas, lalu bagian petualangan seperti naik gunung, rafting dan susur goa ( Caving ) dan ketiga adalah perjalanan rohani, yang akhirnya menjadi buku yang berjudul "My First Journey".

Lalu untuk memenuhi janji atas permintaan Mas Kartum Setiawan, aku mulai merampungkan ceritaku saat berjalan-jalan bersama Komunitas Jelajah Budaya dalam eventnya Jelajah Kota Toea. Waktu itu, leutika prio ngadain event lomba kumpulan cerpen dan aku memasukan cerita jelajah kota toea yang terdiri atas sepuluh cerita jalan-jalanku.

Walaupun ga kepilih jadi pemenang tapi ga masalah buat aku. Dan setelah pengumuman pemenang muncul, beberapa minggu kemudian mulai deh dirampungkan naskah yang akan dibukukan.

Di blog tersebut, aku menulis cerita saat pertama kalinya ikut serta dalam kegiatan Jelajah Kota Toea tersebut. Waktu itu, acaranya Cap Go Meh pesertanya sangat banyak dan mengenakan kaos berwarna merah. Karena peserta yang cukup banyak tersebut, sampai-sampai ada warga di sekitar petak sembilan menyangka kami adalah partisipan salah satu partai yang berwarna merah. :)

Selain cerita saat aku ikut jelajah kota toea, aku juga cerita beberapa lokasi tempat yang aku kunjungi. Aku suka dengan blog aku itu. Dan banyak yang mengunjungi karena mereka suka dengan tulisan yang aku angkat disitu.

Tetapi, aku tak perlu kecil hati lagi karena blog itu sudah aktif kembali. Beberapa perbaikan belum sempat semuanya tetapi aku lega karena semangat menulis kembali hidup lagi. Beberapa tempat yang dulu sudah aku pikirkan kembali muncul untuk aku datangi. Dan semoga bukan hanya keindahan tempat , tetapi kehidupan dari warga setempat.

Semoga keinginan dan kegairahan menulisku tidak berhenti lagi tetapi terus menyala :)

Jakarta, 11 Sepetember 2011
veronica setiawati
mail to : g1g1kel1nc1@yahoo.com.au