Kraukk.com

728 x 90

my twitter

Follow g1g1kel1nc1 on Twitter

Minggu, 18 September 2011

Hai Puhsarang, Kita Bertemu Lagi!

Tepat tengah malam rombongan kami tiba di halaman Wisma Bethlehem Puhsarang , Kediri. Lalu kami mulai sibuk memilih barang-barang yang telah diturunkan dari bus yang membawa kami dalam perjalanan 15 jam lebih. Dan di Wisma Bethlehem lah rombongan kami menginap.

Wisma Bethlehem berada di dalam kompleks Gua Maria Puhsarang. Ada tiga ruangan untuk para tamu beristirahat. Tiap ruangan tersebut memiliki beberapa kamar . Dan tiap ruangan mempunyai nama sesuai Abjad, A-B-C.

Saya di ruangan yang berabjad B dengan nama Ruang Bernadeth. Di dalam ruangan ini ada beberapa kamar. Satu kamar bisa terdiri dari 3 – 8 orang. Satu sisi tempat tidur dapat terdiri dari 4 orang – dua di atas dan dua orang dibawahnya. Tempat tidurnya susun bertingkat tetapi bukan dari kayu atau besi tetapi sudah permanen dan dikeramik yang menempel pada dinding kamar. Di tengah tempat tidur ada tangga dari besi yang kuat untuk para tamu yang tidur diatas. Dan ada sebuah meja kecil.

Kamar mandi di dalam ruangan pun berjejer di sebelah kiri dan kanan dari pintu masuk ruangan. Bahkan di bagian belakang pun juga terdapat kamar mandi dan sebuah gudang untuk peralatan kebersihan. Jika tamu yang menginap hendak mencuci sendiri pakaiannya juga tersedia ember plastik yang ada di depan pintu kamar mandi yang digunakan untuk mencuci pakaian. Tempat jemuran kecil yang terbuat dari aluminium pun ada tepat di depan pintu setiap kamar.

Untuk harga kamar dapat dicek pada bagian depan ( front office ) Wisma. Di lobby dari wisma ini ada tempat duduk yang digunakan untuk makan bersama para tamu yang menginap. Hidangannya juga disiapkan dari tempat ini juga dengan makanan khas Jawa Timur.

Lobby yang sangat menarik bangunan arsitekturnya ini ternyata dipersembahkan oleh PT. Gudang Garam Tbk Kediri pada tanggal 7 Oktober 2001. Bila ada tamu yang ingin menikmati hidangan atau berkumpul tanpa menggunakan bangku , di pojok dekat ruang kamar ada sebuah tempat yang beratap kayu seperti saung.

Di dekat lobby ada sebuah ruangan yang kami pakai untuk rekoleksi. Di sana Romo M.Y Riawinarta, Pr memberikan pengajarannya tentang Bunda Maria. Ada tiga hal yang disampaikan tentang Bunda Maria yakni Bunda Maria sebagai Mother ( ibu ), Mediatrix ( perantara ) dan Messenger ( pembawa pesan).

Bukan hanya rekoleksi dari Romo yang menjadi kegiatan kami, tetapi pagi pertama setelah kami datang di tempat ini, kami melakukan kegiatan jalan salib yang terdapat di kompleks Gua Maria Puhsarang yang sangat luas tersebut. Dengan sepenuh hati kami menjalankan prosesi jalan salib dan masing-masing kami mengambil bagian untuk membaca renungan tiap perhentian.

Selesai menjalankan prosesi jalan salib, kami menuju salah satu pondok Rosario yang terdapat di Kompleks Gua Maria Puhsarang. Di pondok Rosario dengan peristiwa Mulia , kami mengadakan perayaan Ekaristi. Oh ya, jika diperhatikan, tiap sudut pada atap dari pondok Rosario itu ada lambang dari keempat penginjil.

Ada hal yang penting dari homily Romo M.Y Riawinarta, Pr yang saya catat yakni “Pengabdian yang sungguh-sungguh menjadikan hidup yang lebih baik” dan “Kaum Muda dengan talenta dapat menularkan kasih Kristus kepada kaum muda yang lain.”
Malam harinya, diadakan acara prosesi lilin. Acara ini seperti yang diadakan di Loudres, tempat penampakan Bunda Maria kepada Bernadeth Soubirou. Dua orang lelaki dari teman kami menaruh tandu patung Bunda Maria dipundak mereka dan mereka berjalan di depan kami.

Selesai ibadat singkat di pondok Rosario peristiwa Mulia, kami berjalan perlahan sambil berdoa Salam Maria sambil memegang lilin. Setiap perhentian dari setiap Rosario , kami berhenti sejenak menunggu yang bertugas membaca renungan dari peristiwa yang dibacakan selesai. Setelah itu kami berjalan lagi hingga tiba di depan Gua Maria. Pengunjung yang berada disekitar Gua Maria tampak terpana melihat rombongan kami. Karena mungkin acara prosesi lilin seperti ini belum terlalu familiar.
Kompleks Gua Maria Puhsarang ini sangatlah luas. Di buat mirip seperti Loudres di tempat aslinya bahkan patung Maria yang tinggi di dalam gua di bawa langsung dari Loudres. Bahkan diorama dari setiap perhentian yang ada di Gua Maria juga mengikuti seperti yang ada di sana. Tetapi bentuk bangunan gereja yang begitu menarik dan khas.

Di kiri dan kanan bangunan gereja terdapat gua yang terbuat dari susunan batu. Dinding yang mengelilingi gereja tampak juga gambar perhentian jalan salib yang berakhir dekat mulut gua disebelah kiri gereja. Jika melihat ke dalam gereja, terlihat bentuk Altar yang menyerupai bangunan candi. Lalu atap gerejanya yang hanya memakai empat penyangga besi.

Atap bangunan gereja bentuknya juga unik, berbentuk lancip seperti atap rumah Minangkabau dan menghadap ke empat penjuru . Di sekitar gereja, terdapat makam dan ada sebuah bangunan kecil berbentuk altar yang terbuat dari tumpukan batu.

Saya kembali lagi ke tempat ini. Kedatangan saya kali ini tidak sendiri tetapi bersama teman-teman karyawan muda dalam KSK ( Keluarga Sarjana Katolik ) Widyakarya yang merupakan salah satu organisasi kategorial di Keuskupan Agung Jakarta dalam acara Ziarek.

Perjalanan kesekian kalinya ke Puhsarang ini setidaknya menambah lagi daftar catatan perjalanan saya selain yang pernah ada di dalam buku saya yang berjudul My First Journey.

Puhsarang Dalam Cerita 30 Agst – 01 Sept 2011
Penulis : Veronica Setiawati
FB : www.facebook.com/g1g1kel1nc1
Twitter : @g1g1kel1nc1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas komentar anda :)