Kraukk.com

728 x 90

my twitter

Follow g1g1kel1nc1 on Twitter

Selasa, 15 Maret 2016

Aku dan Keponakanku : Luka

Ketika tiba di rumah. Kondisi mata sudah mulai mengantuk.

"Juicenya mana?" tanya mamaku. Ku tepok jidatku yang sedikit berkeringat. "Ampun deh, lupa!"
Aku segera berlari sebelum nyanyian mamaku bertambah panjang. "Ya, udah aku yang pergi beli."

Tunggu, keponakanku , Rafael mau ikut membeli. "Tapi jalan kaki ya.Janji ngga minta gendong ya."kataku. Kami berjalan bersama menyusuri jalanan yang sudah diaspal. Malam sudah hampir larut dan jalanan sudah sepi. Ada beberapa ibu yang sedang duduk mengobrol.

"Permisi bu." sapaku kepada mereka. Sejenak mereka berhenti dari obrolan seru dan tersenyum kepada ku. "Mau kemana ini malam-malam?"tanya salah seorang ibu.

"Mau beli juice di belakang."jawabku.
"Rafael minta jajan yang banyak ya sama tantenya." celetuk ibu yang kedua. Aah basa basi biasa deh , namanya juga saling bertegur sapa dengan tetangga. Aku berpamitan dengan mereka untuk melanjutkan perjalananku membeli juice.

"Pe, aku mau pipis."kata Rafael , pas banget kami sudah di depan kios penjual juice buah. Aku menengok sekeliling. Waaduh ramai orang nih. Tempat yang enak , agak gelap untuk pipis tapi di depannya bapak-bapak sedang duduk-duduk. Nanti kalau Rafael pipis di depan mereka , bakalan ramai berkicau seperti Twitter.

Lalu aku carikan lagi tempat yang tidak jauh dari pos pangkalan ojek. Tapi.. gedubrak! Ponakanku jatuh karena tergesa-gesa. "Pepey... !" teriaknya. Aku segera mengelap tangan dan dengkulnya sambil memeriksa kalau-kalau ada yang terluka. "Sudah-sudah jangan nangis, ngga apa-apa kok."jawabku. 

Dia mau menangis tetapi untunglah aku berhasil menenangkannya. Sedikit lega karena dia sudah diam, aku melepaskan celananya supaya dia dapat pipis.

"Pepey, jangan bilang mami , aku jatuh."kata dia setelah aku selesai merapihkan kembali celananya. "Ngga, Pepey ngga bilang mami." 

"Pe, tangan aku berdarah."tiba-tiba matanya berair dan mukanya mulai sedih. Aku kan jadi bingung di mana yang berdarah. Aku periksa tangan yang dia maksud "Oaalah, ini jempol kamu yang berdarah, de."

Aku mulai sibuk mengelap darah yang keluar dari luka yang kecil, hanya setitik. Tapi olehnya dibuat  seolah-olah darahnya seember. Aku pencet lukanya untuk keluarin darahnya. "Pe. sakit."katanya.
"Iya maaf ya, ini cuma supaya darahnya berhenti."
"Sakit banget Pe.. darahnya keluar terus."
"Ya udah, Pepey isep darahnya."

Aku mengisap jempolnya beberapa kali dan mengelapnya dengan tissue. "Nah, sudah kering kan?"tanyaku. Tangan kecilnya masih dikepalkan dan disisakan hanya jempolnya yang terluka saja. "Pe, emang enak ya darah aku?"
Eh buset , ngga tau mau jawab apa deh.

Kembali lagi ke tempat jualan juice, kami duduk di bangku panjang. Sebab antrian cukup banyak yang memesan juice. "Pe, tangan ku berdarah. Aku nanti ngga bisa sekolah."kata Rafael tiba-tiba. Saking kagetnya aku berkata demikian, "Hah? Rafa , kan yang luka itu jari kamu yang kiri. Kamu nulis pakai tangan kanan. Masa kamu ngga bisa pergi sekolah?"

Dia melihat jari jempolnya yang luka itu dan tangan kanannya. " Oia Pe." Dan seakan ngga mau kalah, dia berkata lagi. "Tapi kalau berdarah terus, aku ngga bisa sekolah." 

Aku beneran mau ketawa keras. Mungkin orang yang disebelah kami akan tertawa juga mendengar aku dan dia bicara.Rafael memang belum genap lima tahun, tapi selama hampir setahun ini dia ikut kelas pra teka.

"Oke, kalau masih berdarah Pepey beliin plester ya biar lukanya sembuh. Jadi kamu bisa sekolah." Awalnya dia menolak tapi lama-lama mau juga. "Ya udah , Pepey beliin plester di dalam minimarket ya." Belum juga kaki melangkah, dia minta ikut belanja ke dalam.

"Pe..! Ada buku Mater. beliin ya..?" dia berteriak begitu melihat gambar Tow Matter sahabat dari Lighting MacQueen. Sebuah mobil derek yang berteman dengan mobil balap berwarna merah dalam sebuah film animasi produksi PIXAR.

"Ngga, ngga. kan kita kesini beli plester kamu."
Dia mencoba merayu lagi , "Boleh ya ?"
Tapi aku menggeleng "Kalau kamu beli itu, lukamu itu Pepey biarin berdarah ya." jawabku tegas dan dengan lemas dia menaruh kembali buku itu ke rak.

"Ini plesternya ada gambar MacQueen juga." Aku tunjukin plester untuk anak-anak. "Atau mau yang ini tapi gambarnya lain."
"Oia ini aja Pe, aku suka MacQueen."

Karena telah sepakat demikian, kami berjalan ke kasir untuk membayar plester luka untuk anak-anak itu seharga 8.000 rupiah.

Di tempat juice, pesananku tinggal di bungkus. Aku memesan juice alpukat dua buah. Sambil menunggu pesananku siap, aku membuka plester luka tersebut. Gambar-gambar mobil yang menjadi tokoh cerita dari Film Animasi itu, aku bentangkan di depan dia. "Rafael mau pilih yang mana?"

"MacQueen aja Pe." tunjuk dia. Aku membuka bungkusnya dan menempelkannya pada jempolnya yang terluka. "Nah sekarang sudah ngga berdarah lagi. sudah dibungkus."
"Iya Pe, bagus ya."jawabnya senang sambil menunjukan jempolnya. "makasih Pe" Aku tersenyum mendengar hal itu. Lalu dia sibuk dengan gambar-gambar mobil yang menjadi tokoh cerita dari film kesukaannya.

"Pe, ini namanya siapa?"tanya dia lagi menunjuk pada sebuah mobil van VW.
"Itu Fillemore." jawabku
"Iya betul kamu Pe. Kalau ini?" dia menunjuk sebuah mobil yang ada garpunya.
"Siapa yaa, Guido mungkin namanya."
"Kalau ini siapa Pe?" tanya dia lagi, tapi kali ini aku diselamatkan oleh mba penjual juice. Juicenya sudah selesai. Dan aku membayar dua juice alpukat yang aku pesan.

Begitu tiba dirumah, dialah yang bercerita.
"Mami, lihat deh aku di plester."
"Hah.. kamu jatuh?"
"Iya aku jatuh pas tadi mau pipis."
dan seterusnya...

Aku melipir ke dapur, lalu ke kamar mandi dan meneruskan urusanku sendiri.

Terus Tiduur hehe..


story by
Veronica Setiawati
@g1g1kel1nc1
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas komentar anda :)