Kraukk.com

728 x 90

my twitter

Follow g1g1kel1nc1 on Twitter

Minggu, 13 Maret 2016

Aku dan Keponakanku - Janjian

Ketika di sebuah restauran Dunkin Donat.

"Selamat malam,bu. Mau pesan apa?" tanya petugas restoran itu ramah. Aku tidak menjawab tetapi menanyakan kepada ponakan aku yang hampir berusia lima tahun.

"Kamu mau pesan apa , El?" Aku celingukan ke sana ke mari karena melihat bocah lelaki yang bernama lengkap Rafael itu sedang sibuk memilih kursi untuk kami duduk.
"Teh aja deh Pe."jawab dia akhirnya. Oke, akhirnya aku memilih paket 2 yang berisi satu donat dan satu teh untuk dua orang kepada petugas restoran itu.

"Makan disini bu?"tanyanya lagi. Aku mengangguk karena perhatianku terbagi antara memperhatikan Rafael, memesan makanan, dan menelpon calon pembeli scanner yang janjian bertemu malam ini.

"Ini bu, semuanya 48.000"kata petugasnya itu. Dan aku mengeluarkan uang lembaran 50.000 rupiah.
"Silakah dipilih tehnya bu." Ia menunjukan box di pinggir meja kasir yang berisi bungkusan teh celup dengan berbagai varian rasa. Aku mengambil teh yang berbeda, itu pun asal ambil.

Setelah transaksi di kasir selesai, aku dan Rafael duduk di tempat yang dipilih. Dekat jendela, sehingga aku dapat melihat orang yang akan menemui itu. Dua cangkir dengan air hangat sudah di hadapanku. "Pe, aku mau minum tehnya. Mana tehnya?"tanya Rafael. "Oke tunggu sebentar." jawab ku lalu memisahkan cangkir dia beserta bungkus teh yang aku ambil.

"Bagaimana dibukanya Pe?"tanya dia lagi. "Begini dibukanya." Aku hanya menunjukan posisi robekannya dan membiarkan dia membuka bungkusan itu sendiri. "Nah, teh celupnya dimasukan ke dalam air ya." Lalu dia berteriak, "Pe, warnanya berubah." Aku hanya tersenyum geli dan sambil mencoba untuk menghubungi orang yang janjian dengan memperhatikan tingkah lucu dia yang mengaduk air teh itu dengan sendok kecil yang disediakan restoran itu.

"Pe, ngga manis tehnya." Aku pura-pura terkejut "Ah, masa? hmm.. ini gulanya." Aku menunjuk salah satu gulungan kertas yang berisi gula sebagai pemanisnya. Lagi-lagi dia bertanya bagaimana merobeknya , karena begitu gulungan kertas itu dimiringkan ke dekat cangkir, tidak ada satu gula pun yang keluar.

Sesaat dia terdiam, aku heran "Kenapa? Tehnya kurang manis, ya?" Dia hanya bilang "Ngga apa-apa. Aku tadi makan gulanya , Pe" Setelah itu dia mengaduk lagi dan mencicipi tehnya dan berkata, "Hmm.. enaak.." Hahaha.. aku benar-benar dibuat tertawa geli oleh tingkahnya.

Aku teringat donat yang aku pesan. Satu donat aku taruh di atas piring yang memang untuk dia. Aku meletakkannya di hadapan dia. Di tangannya sudah memegang pisau potong bergerigi untuk donat dan garpu. "Coklatnya habis ya de, adanya strawbery saja." Dia memotong-motong donatnya dengan caranya dan aku tetap mengawasinya serta membantunya untuk memotong. Aku berikan potongan donat itu untuk dia makan.

"Ini apa Pe? Ager-ager strawbery ya?
"Iya." Agak susah untuk memberikan dia makan. Apalagi yang aneh menurut dia , langsung tidak dilanjutkan lagi.  "kenapa ngga dimakan?"
"Keras Pe dalamnya. Begitu aku perhatikan, itu karena jely yang di dalam donat. Kurang begitu lembut seperti ager-ager.

Pesan Whatsapp saya mengatakan orang itu sudah di sekitar tempatku berada. Aku memintanya untuk masuk. Dan kami akhirnya bertransaksi di dalam restoran. Rafael ikut nimbrung melihat aku dan orang itu mengadakan transaksi dan dia mengecek barang. Setelah selesai , Rafael bertanya,"Pe, itu dijual ya?" Karena dia melihat aku membawa barang itu , dia memberikan uang dan kemudian berpindah tangan. "Iya Rafa, dijual. Pepey janjian sama orang itu disini."

Setelah kami kembali ke tempat duduk, dia tidak lagi melanjutkan makanannya dan minumannya. "Ya sudah , kamu cuci tangan sana di situ." aku menunjuk wastafel di pojok ruangan.
"Pe.. ngga ada sabunnya."celoteh kecilnya menghentikan suapan donatku. Aku berdiri dan menolong dia untuk cuci tangan.

"Coba tangannya diletakkan agak ke bawah. Pepey pencet ini ya." Dan dalam sekejab mata tetesan sabun sudah di tangan kecilnya. Air keluar dari kran wastafel dan tangan Rafael kecil telah dicuci dengan sabun. Selesai itu di bilang begini : "Pepey.. aku udah kenyang. Kamu aja ya yang habisin."

Gubrak deh. Air teh masih secangkir di tambah air teh dan dounat Rafael yang tersisa. Belum juga selesai makan, dia sudah berkata,"Cepet Pe, papa aku udah nungguin di depan." Astaga nih anak. Aku membereskan piring, gelas dan sampah dalam satu nampan yang tadi aku bawa. Dan selesai , aku melihat Rafael berdiri sedang memegang kerai jendela. Sampai aku mengabaikan salam dari penjaga restoran tadi. Soalnya dia lihat aku sudah selesai dan siap untuk meninggalkan tempat.

donat. ilustrasi ini
"Itu apaa Pe?"tanya dia sambil menunjukan sebuah kerai di jendela. Eeh, ada aja alesannya katanya tadi cepetan.

"Itu Kerai namanya. Itu untuk menutup jendela atau supaya ngga kepanasan kalau kena sinar matahari." Lalu dia menjawab.
"Sekarang kan malem Pe, ngga ada sinar matahari."
Aku tidak bisa jawab lagi. Aku bawa nampan itu ke petugas restoran dan menjawab terima kasih.

"Buat apa Pe itu?" eh dia masih tanya lagi.
"Buat tutupin jendela kalau lagi makan." akhirnya itu deh yang aku jawab.Tapi dia masih bengong melihat benda itu. Mungkin karena ada tali, dia mikir bagaimana bikin turun naiknya itu benda. Soalnya dia pegang-pegang terus itu talinya.

"Heh, Kamu ngga rusakin kan?" aku tanya balik. "Ngga apa-apain."jawab dia sambil melepas tali itu.
"Ya sudah, kita pulang ya." Aku memperhatikan posisi kerai itu. Takut tanpa sepetahuanku tangan kecil Rafael iseng melaukan sesuatu hingga merubah posisinya.

Setelah tidak ada yang berubah, lalu aku menggandeng tangan kecilnya keluar menuju parkiran sebab papanya dia sudah menunggu.



by : veronica setiawati
@g1g1kel1nc1
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas komentar anda :)