Kraukk.com

728 x 90

my twitter

Follow g1g1kel1nc1 on Twitter

Selasa, 09 Agustus 2011

Terbitin Buku Sendiri? Why Not !

Katanya sih disebut "penulis" kalau sudah menerbitkan buku. Berarti saya pun sudah bisa di katakan sebagai seorang penulis. Walaupun masih baru dan itupun karena nekad. Suer, bener-bener nekad tetapi sudah terbit tiga buku!


Karena masih bau kencur atau kalau orangtua bilang mah anak kemarin sore yang baru terbitin buku, saya pun mulai mencari-cari informasi seputar buku tentunya. Nah, tanpa sengaja saya melihat sebuah event yang diadakan oleh Gerai buku yang telah menjadi friendlist saya di FB Kumpulan Resensi Buku. Lumayan loh waktu itu, sebelum tanggal 27 Juli 2011 bayar setengahnya dari biaya pendaftaran Rp 150.000 per orang. Acaranya, Bincang Kreatif “Sukses Melalui Self Publishing”.

Wah cocok neh pikir saya, apalagi saya pun memulai terbitin buku lewat self publishing juga, atau lebih tepatnya lewat sebuah publisher service yang membantu penulis menerbitkan bukunya sendiri.

Dan dari penjelasan Epri Tsaqib (Penulis Buku-buku indi Best Seller “Ruang Lengang dan Para Guru Kehidupan ; Owner Self Publisher www.geraibuku.com ) sebagai pembicara diawal acara dan selanjutnya setelah istirahat, dijelaskan oleh Pak Jonru (Penulis buku indie best seller Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat ; Founder Writers Academy), saya sedikit terbuka dan bertambah pengetahuannya tentang self publishing ini. Pengalaman kedua narasumber ini dapat menginspirasi saya untuk lebih berkarya lagi.

Menurut Pak Jonru, ada tiga cara bagi para penulis untuk dapat menerbitkan buku , antara lain : 1. Dengan cara menawarkan ke penerbit
2. Dengan cara menerbitkan sendiri
3. Self Publishing lewat sebuah Publisher Service
Dan tentu saja dari ketiga cara tersebut, ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

1. Dengan Cara Menawarkan Naskah Lewat Penerbit.
kelebihannya : Bila menerbitkan buku lewat penerbit dijamin quality controlnya seperti editing pada naskah yang ditawarkan. Kemudian penulis juga tidak akan mengeluarkan biaya alias tidak perlu repot untuk mengeluarkan modal dan tidak repot mengurus buku yang akan terbit karena semuanya sudah diatur oleh penerbit tersebut. Selain itu , dapat menjadi passive income bagi penulis.

Kelemahannya : Naskah yang dikirim penulis kemungkinan ditolak, kemudian masih harus menunggu lama untuk kepastian diterima atau tidak oleh penerbit. Hasilnya kadang tidak sesuai harapan atau keinginan penulisnya. Lalu penghasilan untuk penulis relatif sedikit yang diterimanya.

2. Dengan cara Menerbitkan Buku Sendiri
Sebelum saya menerbitkan buku, dan saat saya bergabung di yuk Nulis! , saya melihat beberapa anggota di komunitas tersebut menerbitkan buku dengan cara ini. Mereka mengurus naskah hingga cover serta ISBN bukunya.Semua dikerjakan sendiri.

Nah, tentunya dari cerita sepenggal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa cara kedua ini keuntungannya adalah bebas dari penolakan, bebas antrian, kemudian sesuai dengan keinginan penulis dan penghasilan relatif lebih besar karena penulis dapat mengatur biaya buku yang dicetaknya.

Kelemahannya : karena diatur sendiri akan serba repot dan penulis harus punya modal untuk mengurus keperluannya mencetak dan memproduksi buku serta mungkin quality control tak terjaga.

3. Self Publishing dengan Publisher Service.
Karena melihat begitu merepotkannya mengurus terbitnya sebuah buku, maka hadirlah sebuah publisher service yang membantu meringankan beban penulis dalam menerbitkan buku.

Kelebihan dari hadirnya publisher service ini, ia menyediakan jasa agar penulis dapat menerbitkan bukunya sesuai keinginan , bebas penolakan juga dan tentu dengan modal yang lebih flexible. Selain itu penulis tidak perlu repot karena sudah dilakukan oleh publisher service ini.

Kelemahannya : Naskah mungkin tidak terjaga quatily controlnya , harus antri dan peluang untuk mendapatkan buku secara gratis sedikit.

Quality Control untuk naskah yang diterbitkan itu meliputi kualitas naskah, edit bahasa, konsep buku yang jelas ,unik dan fokus, segementasi pembaca, tataletak dan desain cover serta percetakan yang berkualitas.

Pak Jonru juga mengatakan jangan asal atau punya prinsip "yang penting buku saya terbit" karena biarpun bebas tetapi hal-hal tersebut harus tetap terjaga.

Itulah sedikit bahasan yang bisa saya sampaikan. Masih ada beberapa catatan lain yang berharga dan mungkin sangat bermanfaat bagi teman-teman yang sangat ingin menerbitkan buku.

Memang sih, ada kelemahan dari setiap cara yang digunakan untuk menebitkan buku tetapi jangan dijadikan alasan untuk berhenti menerbitkan karya. Dari pengalaman Mas Epri yang pernah bukunya ditolak empat kali oleh penerbit dan Pak Jonru yang pernah kecewa dengan dua bukunya yang diterbitkan, toh tak mematahkan semangat mereka untuk terus berkarya dan menghasilkan buku best seller. So, Terbitin buku sendiri? Why Not! Tak ada yang tak mungkin koq.

Jakarta, 15 agustus 2011
penulis Veronica Setiawati
email : g1g1kel1nc1@yahoo.com.au
www.veronicasetiawati.blogspot.com

1 komentar:

terima kasih atas komentar anda :)