Kraukk.com

728 x 90

my twitter

Follow g1g1kel1nc1 on Twitter

Minggu, 08 Mei 2011

Sekedar Coretan : Terbius Film Upin Ipin

Sekedar Coretan : Terbius Film Upin Ipin

By Veronica Setiawati

08 Mei 2011

Belakangan ini , saya terbius oleh keluguan bocah kembar yang berlogat melayu. Siapa lagi kalau bukan Upin Ipin. Ide cerita dari film animasi ini sungguh membuat saya tidak lepas pandangan dari cerita mereka. Mereka mampu membuat saya terbius hingga tak berkedip sedikitpun! ( maaf, sedikit lebay! ).

Menjelang hari buku, saya ingin menceritakan kembali cerita salah satu film animasi anak ini. Bagaimana Upin dan Ipin serta kawan-kawan mereka di TK Tandika Mesra, begitu menghargai dan merawat buku bacaan yang mereka pinjam dari perpustakaan keliling.

Cerita mengalir saat salah satu kawan Upin dan Ipin yang pandai berpantun dan yang memiliki jambul dikepalanya mirip dot/empeng bayi, yakni Jarjit Singh, kehilangan buku yang dipinjamnya. Dengan langkah gemetar, ia masuk dalam barisan menuju petugas perpustakaan keliling. Satu persatu teman-temannya mengembalikan buku yang dipinjam. Giliran Janjrit, habislah ia dimarahi oleh petugasnya yang seperti perempuan itu.

“Minggu depan, buku itu harus ada, kalau tidak, kau akan kena denda!” Jerit petugas tersebut dengan kayu rotan ditangannya.

Saat merenung di depan rumah, lewatlah si kembar yang suaranya menggemaskan itu , tak lain ialah Upin Ipin. Mereka menjadi detektif , mencari buku kawannya yang hilang. Tiba-tiba penampilan mereka berubah memakai seragam ala detektif. Dari cerita Jarjit, mereka menemui orang yang terakhir melihat buku yang berjudul “Kisah Raja Pemburu”, tak lain adalah anak orang kaya yang gemuk, karena suka makan. Ia berkaca mata dan juga menjadi ketua kelas mereka , bernama Echsan.

Latar cerita yang tadinya adalah rumah tempat tinggal Echsan berubah menjadi ruangan seperti yang ada dicerita detektif. Echsan dan Fizi, teman yang sangat lekat dengannya, seperti seorang terdakwa ketika Upin Ipin bertanya mengenai buku pinjaman Jarjit yang sempat diperlihatkan kepada mereka.

Layaknya seorang seorang polisi yang sedang menjalankan tugas, beginilah hayalan dari detektif Upin Ipin. Lagi-lagi , dari saksi yang didapat , mereka tidak menemukan jawaban dimana buku tersebut. Saksi kedua adalah Mei-Mei, yang dijumpai Jarjit seusai berpisah dari Echsan. Mei Mei adalah seorang perempuan, kawan Upin dan Ipin yang keturunan Tionghoa. Ia orang yang pintar dan senang membaca buku.

Judul buku yang dicari detektif Upin dan Ipin , MeiMei juga punyai, hanya sayangnya buku tersebut adalah hadiah dari ibu Mei Mei kepadanya. Kemudian Mei Mei menceritakan, ada seekor monyet yang tiba-tiba hadir saat mereka bermain dompu bersama. Melihat kehadiran monyet tersebut, mereka lari ketakutan dan buku tersebut tertinggal disebuah saung. Karena saat Jarjit menghampiri Mei Mei dan Devi untuk ikut serta bermain Dompu, buku tersebut diletakan disana.

Untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat, kedua detektif cilik itu bergegas menuju lokasi tempat Mei Mei bermain dompu. Setelah ditelusuri lapangan kecil yang terdapat saungnya , Upin menemukan kulit pisang dekat sebuah pohon. Analisa menarik dengan percakapan dan hayalan versi mereka membuat cerita ini semakin berkesan lucu khas anak-anak. Akhirnya Upin dan Ipin menyimpulkan, ada seseorang yang sangat menyukai pisang dan membawanya ke tempat ini.

Perkiraan mereka tepat, mereka datangi tempat berjualan Paman Mutho. Ipin yang menyukai ayam goreng, kadang membuat situasi menjadi lucu karena hayalannya sendiri. “betul..betul..betul” itulah ciri khas jawabannya. Sedangkan Upin yang lebih serius , sering menegur saudara kembarnya jika hayalannya tidak sesuai dengan tujuannya. Raut wajah yang dibuat Ipin, membuat saya ikut tertawa melihat tingkah mereka.

Dari tempat dagang Paman Mutho, mereka mendapat petunjuk ada seseorang yang memang membawa pisang pada saat kejadian. Ia adalah salah seorang kawan Upin Ipin yang tidak dapat berbicara dan jika ada sesuatu hal yang mengejutkan selalu jatuh pingsan. Karena ia tidak dapat bicara hanya melalui gerakan tangan, Upin dan Ipin tidak mengerti akan apa yang dikatakannya. Untunglah ada teman lainnya yang menerjemahkan maksud dari perkataan Ijat.

Di lokasi tempat bermain dompu itu, Ijat memberitahukan bahwa ada seekor monyet melihat isi buku itu. Melihat Ijat membawa pisang, monyet itu mendekati Ijat dan berhasil merebut pisang dari tangan Ijat. Monyet itu berlari-lari dan meledek Ijat yang mengejarnya namun sayang ia tidak berhasil karena monyet itu berlari ke atas pohon dan buku yang dibawanya dijatuhkan mengenai kepala Ijat.

“Abis tu, dikemanakan bukunya?” begitulah kira-kira perkataan Ipin mendengar kisah Ijat yang akhirnya mengetahui bahwa buku tersebut adalah buku milik Jarjit. Sebab, ketika Jarjit memberitahukannya kepada Echsan dan Fizi , sebagai buku yang bagus padahal menurut Echan buku tersebut tidak menarik karena sedikit gambarnya, Ijat ada disana diantara mereka.

Bagian akhir dari cerita detektif Upin Ipin , Ijat memberitahukan bahwa buku tersebut diberikan kepada Ibu Guru keesokan harinya. Pantas saja, pagi itu saat mobil perpustakaan keliling datang, Jarjit jadi begitu ketakutan saat ia mengetahui buku tersebut tidak ada dalam tasnya.

Esok paginya, Ibu Guru memanggil Jarjit ke depan kelas dan memberi buku tersebut kepadanya. Ia berpesan, agar murid-muridnya dapat menjaga baik-baik buku yang dipinjamkan dan lebih bertanggung jawab.

“Kalau ada masalah jangan diam, lebih baik bicara dengan ibu.” Demikian yang dikatakan Ibu Guru saat menyerahkan buku tersebut kepada Jarjitt. Dengan terharu ia mengucapkan terima kasih kepada ibu guru dan mendekap buku itu.

“Nah, sampaikan juga terima kasih kepada kawan-kawanmu yang sudah menemukan buku itu.” Kata bu guru lagi. Jarjit mengikuti apa yang dikatakan gurunya dan mengucapkan terima kasih kepada Ijat yang telah mengembalikan bukunya dan tentunya kepada detektif Upin Ipin yang telah berhasil memecahkan kasus hilangnya buku pinjaman kawannya.

Cerita sederhana dari anak kembar yang sederhana yang memakai kaus kutang dan celana pendek saat bermain, mengajari saya banyak hal. Ceria dunianya anak-anak yang hanya diisi bermain membuat saya tersentuh. Terlebih latar belakang cerita di kampung membuat setiap adegan cerita ini begitu hidup secara alami.

Selain itu masih terdapatnya beberapa permainan anak kampung yang pernah saya lakukan sewaktu kecil. Belum lagi wajah lugu mereka berdua dan kawan-kawannya, aduhai membuat saya makin menyukainya. “betul..betul..betul” :D

http://veronicasetiawati.blogspot.com/

sumber foto : google.com /koleksi upin ipin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas komentar anda :)