Kraukk.com

728 x 90

my twitter

Follow g1g1kel1nc1 on Twitter

Sabtu, 27 Desember 2014

Renungan : Mengapa Aku Harus Melayani?


Sebelum kita menjawab pertanyaan diatas , coba kita ingat kembali awal mula kita melayani. Ada yang melayani karena ajakan orangtuanya, pacar/pasangannya. Atau ada juga karena jabatannya yang harus melayani orang ataupun karena ingin mengisi waktu luang. Ada juga yang melayani karena mendapat keajaiban dari Tuhan karena telah disembuhkan dari penyakit, dibebaskan dari kesulitan, selamat dari musibah sehingga ungkapan syukur yang dilakukan adalah dengan mau melayani. Ada juga harus melayani karena kehilangan orang yang disayang dan dicintai, sehingga rasa kehilangan tersebut di salurkan untuk menolong mereka yang juga mengalami hal yang sama seperti dirinya. Dan masih banyak alasan yang lain.

Kalau di lihat dari awal mula kita melayani orang lain diluar diri kita, di mulai dari hal-hal yang sederhana. Banyak tokoh yang memulai karya pelayanan mereka karena hati mereka tergerak untuk membantu orang lain dari hal yang sepele. Melihat orang yang kelaparan di jalan dan meninggal sia-sia tanpa ada yang memperhatikan, Ibu Teresa memulai pelayanannya di India. Hanya karena alasan supaya anak-anak tidak terlibat kerusuhan setiap ada bunyi tiang listrik di Talehu – Maluku, maka Bapak Sani , tokoh utama dalam film Cahaya Dari Timur – Beta Maluku, tergerak hatinya mau melatih mereka sepakbola yang pada akhirnya membawa mereka menjadi pemenang pada pertandingan sepakbola U15. Dan masih banyak tokoh lainnya yang dapat kita renungkan alasan awal mula mereka melayani.

Kalau kita menyadari lebih dalam lagi, melayani adalah sebuah panggilan dari hati nurani kita. Melayani itu bukan ditujukan untuk kepentingan diri sendiri melainkan untuk sebuah tujuan yang baik, yakni menolong orang lain supaya hidup lebih baik, yang mungkin bisa jadi lebih baik dari dirinya sendiri. Melayani, mengajarkan kita sebuah tanggung jawab yang dikerjakan dengan sukacita dan hati yang penuh gairah. Kita secara bebas mengikuti panggilan hati kita dan menyatu dengannya, seperti darah dan denyut jantung yang tidak terpisahkan.

Hidup kita lebih banyak penderitaan, tentulah itulah kenyataan yang harus kita sadari. Kepahitan hidup dan penolakan serta tuntutan yang tinggi yang sepertinya tidak terjangkau oleh kemampuan kita selalu membuat kita putus asa dan ingin mengakhiri hidup. Hal tersebut pun akan kita alami pula di dalam pelayanan kita dan mungkin kita akan menyalahi apa yang telah kita lakukan serta merasa sudah sia-sia.

Niat baik yang kita pakai sebagai alasan untuk membantu orang lain tidak selamanya akan mendapat dukungan yang tulus juga. Dan apa yang akan kita jalani juga akan terasa berat. Untuk mengucap syukur pun rasanya tidak ada. Ketika kita dalam keadaan seperti ini, dukungan dari orang-orang yang mengerti sangat dibutuhkan. Dukungan yang penuh bahwa kita sungguh dipercayai bisa melakukan dan menyelesaikan tanggung jawab atas tugas pelayanan ini.

Dan bila kita berada diposisi orang yang memberikan dukungan. Berilah dukungan yang tulus dan sungguh dibutuhkan sehingga kita tidak seakan-akan turut menambah beban atau memojokan. Oleh sebab itu kita butuh kepekaan untuk mengetahui kebutuhan orang-orang seperti itu, seperti dihargai, diterima, didengarkan, diikutsertakan.

Kembali kepada pertanyaan di atas, disaat yang sulit apakah kita masih mau meneruskan pelayanan tersebut ataukah kita berhenti dan menambah luka ke orang-orang yang telah kita layani? kita perlu satu hati, pikiran dan tujuan ketika melayani. Karena tentulah kita tidak mau apa yang sudah kita lakukan sebagai panggilan hati ini menjadi usaha yang sia-sia. Kita sadari bahwa kita manusia terbatas , kita membuka diri dan juga memotivasi diri sendiri serta orang yang kita layani.

Ketika kita menghadapi hal yang sulit dalam pelayanan, sejujurnya masalah tersebut akan menentukan kualitas kedewasaan kita secara mental. Kita melihat kembali apakah jawaban dari panggilan ini apakah pelayanan ini sungguh-sungguh dari hati , untuk kebaikan orang banyak ataukah hanya sekedar mencari pujian semu. Apakah hanya ingin melayani ego kita sendiri?

Kesungguhan pelayanan kita diuji pada saat yang sulit dan berat di dalam pelayanan kita. Keterbukaan terhadap diri sendiri dan membutuhkan Rahmat Allah menjadi dasar semangat kita untuk kembali pada pelayanan kita. Sebagai manusia lemah dan gampang jatuh dalam kelemahannya sendiri, kita membutuhkan dukungan dari Dia, Allah Sang Raja hidup kita untuk menjalani niat baik dalam pelayanan yang telah kita lalui baik itu di dalam kesulitan maupun kejayaan.

Kita mohon agar kita dimampukan untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab tersebut dan mengucap syukur selalu atas penyertaanNya yang tiada putusnya. Sehingga hidup pelayanan kita semakin meningkat dan sungguh berkualitas karena kita telah setia terhadap suatu perkara dan kita telah menyelesaikannya bersama Tuhan. Dan kita menjadi semakin bersyukur , sehingga hati kita akan semakin bersukacita dan semakin rendah hati dalam pelayanan selanjutnya karena semua hanya untuk kemuliaan NamaNya. Karena alasan tersebut maka niat kita melayani semakin diperbaiki , semakin bermakna dan semakin penuh dengan ucapan syukur.

Bersyukurlah selalu di dalam Tuhan Allah kita, karena kita turut serta di dalam pelayanan bersamaNya!

Selamat melayani,

Veronica Setiawati


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas komentar anda :)