Kraukk.com

728 x 90

my twitter

Follow g1g1kel1nc1 on Twitter

Jumat, 24 Februari 2012

Refleksi : Negeriku Damailah...

Saya masih ingat akan kejadian yang memilukan di tahun 1998 yang lalu. Jakarta lumpuh seketika dalam waktu yang cukup lama. Penjarahan di berbagai tempat dan juga perusakan bangunan juga disertai pembakaran telah membuat sedih hati banyak orang. Belum lagi ada pelaporan beberapa korban perempuan yang mengalami pelecehan secara seksual.

Tak menyangka saja, rakyat Indonesia yang terkenal dengan keramahtamahannya, kebaikan , sopan santun yang tinggi, menjunjung tinggi moral dan etika ternyata runtuh seketika dalam peristiwa yang menyedihkan itu. Indonesia yang katanya akan tinggal landas , ternyata pesawatnya harus terpuruk hancur dan memakan banyak korban dan kesedihan yang mendalam.

Sejak itu, penarikan dana secara besar-besaran terjadi dan orang-orang menjadi panik , belum lagi karena perkiraan stok makanan akan menipis lalu menimbun makanan. Alhasil, kebutuhan meningkat sedangkan persediaan sedikit lalu harga menjadi melambung sangat tinggi. Rakyat mulai menjerit apalagi tempat mereka bekerja sudah menjadi bangunan yang berasap, para pengusaha melarikan diri keluar dari Jakarta karena kondisi sangat tidak aman bagi mereka. Apalagi warga keturunan yang terancam karena mereka yang menjadi incaran pada waktu itu.

Gereja tempat saya biasa beribadah pun tampak sepi , kalaupun ada yang datang hanya segelintir orang saja. Karena sebagian besar warga masih takut untuk keluar rumah. Keadaan seperti ini tidak pernah terbayangkan sewaktu saya kecil dan tidak pernah menyangka saya akan mengalami serta turut menyaksikan dan hadir di tengah – tengah peristiwa yang memilukan tersebut, tanpa bisa berbuat apa-apa. Saya masih ingat, waktu itu ibu ketua lingkungan di tempat saya menyarankan untuk berdoa di dalam rumah masing-masing dan membaca Mazmur 91.

Selanjutnya, berbagai peristiwa memilukan keadaan Negara ini. Saya teringat waktu itu sedang mengikuti perayaan malam Natal di gereja. Ada yang tidak biasa dengan malam itu, seorang koster tiba-tiba menghampiri Romo yang sedang memimpin Misa dan membisiki sesuatu. Wajah Romo berubah menjadi tegang yang saya lihat saat koster tersebut berlalu. Dan kegelisahan tampak juga dibeberapa umat. Sepertinya ada sesuatu yang menakutkan terjadi.

Setelah saya tiba di rumah, kedua orangtua saya tampak cemas. Saya tambah bingung ada apa sebenarnya? Dan ternyata , pada saat saya merayakan Misa, di beberapa gereja yang berbeda diseluruh Indonesia menjadi sasaran peledakan bom. Dan bom tersebut meledaknya hampir bersamaan sekitar pukul 22.00. ya Tuhan, apa lagi ini? Kenapa semakin hari keadaan semakin menakutkan hati saya?

Mulailah timbul kecurigaan diantara warga, mulai terjadi pergesekan dan kecenderungan untuk menyalahkan kelompok lain. Kecurigaan diantara warga semakin mempersulit ditengah keadaan Negara yang sudah semakin meningkatnya jumlah penggangguran serta harga-harga kebutuhan semakin naik tak terjangkau.

Belum lagi biaya sekolah dan masa depan mereka seandainya mereka akan lulus , akan bekerja apa? Perasaan pesimis menghantui . Beberapa kali pemerintah menaikan harga BBM dan selalu diikuti kenaikan harga-harga yang lain. Dengan adanya protes yang tak terbendung dari warga akhirnya harga BBM turun tetapi untuk harga-harga yang terlanjur naik, apa tindakannya?

Seakan setelah beberapa tahun sejak tahun 1998 keadaan semakin tak kunjung membaik. Banyak luka batin yang dirasakan dan tak tau bagaimana harus disembuhkan luka-luka mereka. LaLu, setelah pengrusakan beberapa bangunan bahkan perkantoran , apakah mereka yang telah melakukan itu bertanggung jawab untuk membangunnya kembali? Bukankah mereka pergi begitu saja.

Atau dapatkah mereka kembali datang untuk minta maaf kepada semua orang yang telah mereka lukai hatinya, mereka hancurkan masa depannya? Atau masih inginkah mereka menghancurkan lagi segala yang sudah dibangun dengan susah payah? Tidakkah pernah terpikir oleh mereka yang melakukan itu, bahwa butuh waktu berapa lama untuk bangkit lagi, untuk dapat mampu berdiri diatas kekecewaan dan luka batin serta kehancuran yang sama sekali tak diingini itu? Dan untuk membangun, biaya-biaya itu juga diminta dari orang-orang yang mungkin tak kaya?

Cobalah tahanlah diri untuk tidak menghancurkan hidup orang lain. Untuk tidak lagi melampiaskan kemarahan dengan membakar gedung, menghancurkan segala yang menjadi fasilitas orang banyak ataupun menambah luka batin orang. Apa untungnya atau apakah memang jalan sperti ini yang kita inginkan untuk menyelesaikan sebuah masalah?

Belajarlah bijaksana dan dewasa dalam bersikap serta menyampaikan sesuatu. Saya menyadari bahwa dunia ini tak mampu memberikan rasa aman dan jaminan. Dulunya yang saya anggap aman dan tidak ada masalah ternyata tiba-tiba badai datang dan menghancurkan semua yang saya anggap aman.

Hmm.. tulisan saya ini adalah bentuk refleksi saya sebagai orang yang tak mempunyai kekuasaan tetapi hanya mampu melihat dan jadi saksi atas sebuah peristiwa yang menjadi sejarah negara ini.

saya berharap sekali, di negeri yang menjadi rumah sendiri ini, saya benar-benar merasakan seperti berada di rumah , diterima oleh semua anggota keluarga yang lain, dirangkul dan bersama menciptakan kedamaian.Semoga saja terjadi.

Amin.
Jakarta, 24 februari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas komentar anda :)