Entah awalnya seperti apa, hingga sepasang mata itu menatap
ku sangat dalam. Sungguh aku tidak ingin membalas tatapan dari seorang pria.
Tidak tepat saja buatku. Bayangkan , di saat pikiran dan hatiku untuk melayani
Tuhan di seputar altarNya, tanpa permisi sepasang mata itu seperti lalat yang
mengangguku.
Aku tidak mengenalnya dan untuk apa membalas tatapan tajam
yang seakan senang membuatku menjadi salah tingkah. Tiba-tiba hatiku menjadi kesal, “Ooh Tuhan Yesus, ampuni aku, sebentar lagi
Misa dimulai dan aku mau tugas.Karena
masalah kecil ini , tolonglah semoga kemauanku untuk melayaniMu tidak pudar.”
Waktu itu Misa Jumat Agung akan dimulai , persiapan sudah
aku lakukan supaya aku bisa menyelesaikan tugas ini. Petugas liturgy sudah siap
di sakristi dan aku pun siap untuk tugas pelayanan. Dan aku bertugas bersama dengan Prodiakon
muda, yang entahlah menurut banyak orang , dia juga adalah seorang Frater. Namun tatapannya
itu , dia telah mengganggu hati aku.
===========
Dan saat ini, keadaan menjadi membuatku terdiam. Kami
akhirnya malah dekat. Aku mencoba eksamen diriku sendiri. Memeriksa batinku dan
melihat kembali perjalanan aku dan dia. Ada yang aneh, kenapa kekesalanku
berubah dan membuat kami dekat? Setiap
kali aku tugas pada sat Misa dan dia juga hadir, seakan aku ingin pura-pura
tidak melihatnya. Pandangan matanya itu mengganggu tetapi membuatku ingin
menatapnya.
Aku masih ingat hal yang membuatku berubah dan sampai
membuatku “terpaksa” menegurnya selalu. Mungkin akan terkesan konyol bila aku
ceritakan, yakni karena mengucapkan salam “Haii!!” , alasannya : pertama karena
kaget melihat dia dibalik pintu sakristi yang tiba-tiba menyalamiku, kedua
karena aku sudah beberapa kali tugas atau misa tidak melihat dia dan akhirnya
keluarkan sapaan itu kepada.
Dan sejak itu , karena tidak enak sudah terlanjur berucap ,
jadilah setiap kali kami bertemu saling mau tak mau harus menyapa. “Haii..”
atau senyuman manis dan kalimat basa basi lain. Tetapi jadinya , aku malah
terjebak dengan perasaanku sendiri.
Aku tidak menyalahkan ataupun kesal akibat “keterpaksaan”
yang aku buat ini. Karena lama kelamaan aku melakukannya dengan tulus karena
memang ingin menyapanya atau sekedar bicara. Pikirku, kami sama-sama satu
pelayanan , rasanya jadi aneh kalau tidak saling mengenal.
Entahlah bagaimana kelak perjalanan cerita ini , namun sejak itu hidup kami pun berubah..
#untuk yang sedang suka dengan seorang frater# :)
Penulis
Veronica Setiawati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas komentar anda :)