Malam itu Tina tidak
dapat memejamkan mata. Tidak sengaja matanya memandang sebuah kotak dekat
lemari di kamarnya. Kotak tersebut masih tertutup rapi , tetapi sedikit
berdebu.Tina menghampiri kotak tersebut dan membukanya.
Ada buku diary dengan
cover warna pink. Kertas-kertasnya sudah hampir terlepas, lalu ada kaset-kaset
pita, kertas surat beserta amplopnya, dan gambar-gambar pin atau stiker masih
lengkap di dalam kotak tersebut. Tina tersenyum simpul , membayangkan kotak ini
merupakan kumpulan dari cerita masa lalunya serta barang-barang koleksinya
dahulu.
Sebuah foto keluar dari
balik lembaran buku diary yang dia pegang. Fotonya dan teman-teman semasa
sekolah. Dahulu mereka berlima, perempuan semua dan selalu bersama. Namun
ketika sekolah usai, mereka entah ada dimana. Tiba-tiba , seperti diulang
kembali, keceriaan mereka berlima sewaktu sekolah. Kegaduhan yang pernah mereka
buat sehingga mereka dihukum guru.
Pun ketika mereka
berlima berburu kaset dari sebuah grup band yang sangat terkenal. Mereka
mengkoleksinya tanpa satu albumpun yang terlewat. Setiap gossip bahkan
pacar-pacar tentang group band tersebut tidak pernah ketinggalan. Persahabatan yang kuat
bukan hanya dalam suka tetapi juga saat ada kemalangan dari salah seorang
diantara mereka. Spontan mereka tak
segan-segan mereka saling membantu dan mengunjungi. Hidup saat itu sangatlah
indah, karena persahabatan tersebut.
Tangan Tina membuka
tiap lembaran dari diarynya. Tina membaca kembali kisahnya yang pernah dia
tulis. Ketika dulu ia kecil, setiap Natal tiba , seluruh keluarga berkumpul
berdoa bersama sepulang gereja. Tina , teringat juga masa kecilnya selalu menyediakan
waktu untuk menuliskan permohonan kepada santa claus. Walaupun akhirnya
permohonan itu takpernah terwujud dan Santa Claus tak pernah hadir.
Di diary itu juga
bercerita, Tina pernah menyukai tetangganya yang ganteng rada bule, mirip
banget dengan salah seorang personil group band yang ia sedang idolakan. Kalau
bertemu dengannya , ia selalu takut. Ada yang aneh dengan hatinya jika
melihatnya. Kalaupun sedang berpapasan dengan lelaki itu, Tina jadi tidak
berdaya dan hanya bisa tersenyum saja padahal sudah banyak kata yang ia siapkan.
Tetapi sampai dirumah, ia selalu mengintip dari jendela sekedar melihat
rumahnya serta mengawasinya.
Hatinya menjadi sedih,
ketika lelaki itu mempunyai pacar lalu menikah. Tina hanya bisa menangis diatas
loteng tempat biasa ia menyendiri. “Sedih Tuhan, saya kan suka dengan kakak
itu, tetapi sekarang dia dengan orang lain.”
Tina menangis
menumpahkan sedihnya dan juga menuliskannya di buku diarynya. Selalu itu yang
ia lakukan bila mengurangi rasa sedihnya, mencurahkannya pada lembaran buku
Diary. Oleh sebab itu , ia lebih memilih
menjadi penyediri.
“Saya, tidak bisa
bergabung dengan teman-teman saya. Mereka menjauhi saya, kenapa? Apa karena
saya kurang cantik , kurang mampu dan tidak bisa nyambung dengan apa yang
mereka bicarakan?” begitu keluh kesah Tina yang ia tuliskan di dalam Diary.
“Tetapi semua itu
berubah perlahan sejak saya diketahui bisa mengajar teman-teman bahasa Inggris,
mereka jadi senang berteman dengan saya. Tidak sia-sia ayah menyuruh saya
kursus. Bahkan , ada seorang anak laki-laki yang manis saat ini dekat dengan
saya, seneng deh .” Tina tersenyum
simpul membayangkan kenangan yang ia tulis.
Belum lagi usai mukanya
tersenyum membaca catatan hariannya, mukanya berubah ketika membaca tulisannya
mengenai kakaknya. “Kenapa kakak membenci saya ya? Kenapa dia selalu bicara
sinis kepada saya? Ia selalu dibela ayah, apapun selalu didahulukan
kebutuhannya dibandingkan dengan saya. Kadang, saya berusaha lebih keras tanpa
sepengetahuan ayah untuk memenuhi kebutuhan saya. Saya merasa ayah pilih kasih.
Kakak juga tidak pernah
mau kalau saya bergabung dengan teman-temannya apalagi mengenalkannya kepada
mereka. Kakak memang pintar dan saya selalu untuk meniru dia. Pernah saya jadi
kesel dengan kakak kalau dia sudah keterlaluan dan pasti kami bertengkar.
Tetapi selalu saya yang disalahkan.
Ibu, juga tidak terlalu
membela saya, bahkan pernah saya dipukul padahal saya tidak bersalah. Untung
ada kamu Diary, jadi saya bisa cerita apapun. Saya tidak bisa cerita ke
siapa-siapa semuanya saya simpan sendiri. Sedih deh, Saya pingin, suatu hari kakak bisa sayang
saya.” Tanpa disadari butiran hangat terasa di pipi tembemnya.
Lalu lembaran
berikutnya bercerita tentang masa sekolah, ujian dan suka-sukaan dengan seorang
teman sekolah Tina. Pada saat SMA, Tina sakit parah dan harus dirawat dirumah
sakit. Di situ dia merasakan perhatian keluarganya tercurah dengannya. Dia
mengalami antara hidup dan mati.
Tina pernah hampir
merasakan pergi dari raganya, dan melihat cahaya putih datang kepadanya. Tetapi
sebuah suara mengatakan bahwa itu belum waktunya dan tugasnya belum selesai.
Sejak itu perlahan penyakitnya sembuh, tetapi tidak lama perhatian keluarga
yang pernah ia dapatkan sewaktu sakit tidak ia dapatkan lagi.
Kemudian tulisan di
diary itu juga bercerita , Tina jatuh cinta terhadap seorang teman sekolahnya.
Mereka berpacaran , namun hanya sebentar saja. Entah alasan apa, Tina
ditinggalkan begitu saja. Susah untuk meminta penjelasan darinya yang ia
ketahui selanjutnya ada perempuan lain.
Juga dengan lelaki yang selanjutnya yang jadi pacarnya hanya
menjadikannya wanita kedua saja.
“Saya merasa seperti
dipermainkan. Ketika saya mengharapkan seseorang dapat mencintai saya, ternyata
seperti ini yang saya dapatkan. Hanya kekecewaan dan sakit hati.Apa mereka
tidak tau kalau ini sudah menyakitkan hati saya?”
Suatu waktu ia
mendapatkan seorang yang baik, yang benar-benar jadi pendamping hidupnya ,
tetapi , takdir berkata lain. “Saya merasa kosong dan hampa. Jika Tuhan sedang
mempermainkan hidup saya, Ia berhasil. Tepuk tangan buat Nya terima kasih telah
mempermainkan hidup saya!’ maki Tina di dalam diarynya kepada Tuhan.
“Kenapa saya tidak
diijinkan oleh Nya untuk merasakan cinta? Di mana sabdaNya yang bilang Aku
mengasihimu, dan lain sebagainya itu? Saya tidak pernah merasakan itu!”. Tak
kuasa hati Tina membaca tiap kalimat yang dia tulis sendiri waktu itu. Ada
perasaan bersalah. Memang sudah lama ia tidak menyentuh kotak itu ataupun
mengisi diary dengan tulisannya lagi.
Saat ini , setelah
setiap kejadian yang menyedihkan menimpa hidupnya, ia hanya ingin belajar
bersyukur. Benar-benar bersyukur dari dalam hati tanpa ada kemarahan dan apapun
kebencian karena perlakukan orang-orang yang tanpa mereka sadari telah
menyakiti perasaannya, menimbulkan kebencian di hatinya.
Masa lalu Tina memang
kelam dan tidak pernah ia merasakan bahwa dicintai dengan tulus. Tetapi Tina tidak ingin melampiaskan apa yang
ia alami kepada orang lain dan juga tidak ingin dipendam sendirian. Ia menutup
kotak masa lalunya dan menyimpan semua kenangan tersebut disana.
Toh, dari kejadian yang
telah ia alami, dia banyak belajar dari pengalamannya sendiri. Menjadi kuat dan
mandiri jika ada masalah. Dan dalam doanya sebelum tidur, dia memohon agar
dapat berdamai dengan masa lalunya. Juga berterima kasih karena menjadi orang
yang sangat istimewa karena dapat mengalami hal yang seperti itu.
Jakarta, 23 November
2010
Veronica setiawati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas komentar anda :)