selamat hari #filmindonesia
@g1g1kel1nc1
29 Maret 2016
Isinya tentang trip saya, resensi buku-buku yang saya punyai, review film atau apa saja yang ingin saya tulis. ingin kenal saya ? email : g1g1kel1nc1@yahoo.com.au
Cerita sebelumnya: Cerber 1
Komplek perumahanku dan disekitarnya rumah minimalis , tapi aku suka dengan suasana yang tidak terlalu bising. Aku memang belum terlalu akrab dengan tetanggaku. Sekali itu saja rumahku menjadi tempat ibu-ibu komplek untuk arisan. Hal itu karena sebagai warga baru , aku ingin memperkenalkan diri.
Pagi ini aku ingin sekali mengelilingi komplek. Biasanya hanya tidur dan mengurung diri di rumah setiap liburan. Aku mau melihat seperti apa lingkungan tempat tinggalku ini. Aku menyapa para ibu yang aku kenal waktu arisan. Aku teruskan kakiku berlari kecil sambil memasang lagu dari headset smartphoneku. Dan sampailah aku di pintu gerbang belakang.
Aku sungguh terperanjat tidak percaya apa yang aku lihat. Perlahan aku menghampiri pintu gerbang yang ternyata banyak ditumbuhi tumbuhan merambat. Portal gerbang yang sebagai penutup jalan menuju komplek pun sudah tinggal tuasnya saja. Dan pos penjaga tempat bapak itu biasa berdiri, tak lebih hanya sekumpulan tumbuhan merambat dan sarang tikus.
**
Perlahan aku membuka mata. “Hai, kamu sudah bangun?” tanya Boby , kekasihku yang sudah duduk di tempat tidurku. “Kamu tidur kok lama sekali , jam berapa nih? Katanya kita mau lihat pameran prawedding di JCC. Ayo bangun!” Boby menarik selimutku.
Boby memang bukan pria romantis tetapi dia sangat perhatian padaku. Ketika aku akan melangkah ke kamar mandi, sebuah pelukan dan spontan ia mencium bibirku. Dengan sigap aku segera mengalihkan badannya, “Iih, aku belum mandi tau.” Jawabku sambil melepas pelukannya. Boby hanya tertawa gemas.”Cepat ya, aku tunggu di ruang tamu.”
Selesai mandi , ku lihat jam di kamar. Hampir pukul 11 siang. Dan ku cek handphone ada 7 kali miscal dari Boby. Waktu berdandan, aku agak sedikit memikirkan ada yang aneh padaku. Bukankah aku olahraga pagi mengelilingi komplek? Kenapa menjadi bangun kesiangan seperti ini?
“Sayang…. Sudah belum dandannya? Aduh kamu tuh ada apa sih? Masih ngantuk?” Panggilan Boby membuyarkan lamunanku. Ia sudah dipintu kamar. “Kamu sudah cantik kok, sudah siap?” senyum Boby penuh arti yang dalam dari seorang pria. Aku senang dekat dengannya. Dia segalanya bagiku. Ketika ia melamarku, aku tidak dapat menolak. Aku mencintainya.
Kami meninggalkan rumah. “Sayang, kita lewat pintu belakang komplek saja. Lebih dekat ke jalan.”pintaku yang sekaligus ingin menjawab rasa ingin tahu. Boby memutar setir mobil mengikuti keinginanku. Dan ketika beberapa meter mendekati pintu itu, aku terkejut akan kerumunan orang disana. Aku sedikit kesal karena takut terlambat sebab pameran yang akan aku datangi ini sudah hari terakhir.
Aku dan Boby mencoba mencari tahu apa yang terjadi. “Itu ada yang pingsan.” Aku kesal dengan orang-orang yang hanya bisa menonton tapi bukan membantu. “Kenapa hanya didiamkan saja?” tanyaku kesal kepada mereka.
Aku terkejut melihat pakaian, sepatu dan wajah perempuan yang tergeletak. “Hah?! Ini kan, aku sendiri??” Aku melayang, memandang sekitarku gelap, aku dan tubuhku disini.
**
(Bersambung..)
Coretan by Veronica Setiawati
@g1g1kel1nc1
Sebenarnya banyak hal yang dapat dijadikan bahan tulisan. Misalnya sedang melamun di jalan eh, dikagetkan dengan peristiwa kecelakaan.
Kamu melihat kejadian yang hanya sekelebat saja. Dan ada korban yang jatuh di aspal. Pelakunya adalah dua orang anak muda yang naik motor. Korbannya sepasang suami istri.
Karena tersenggol oleh motor anak muda itu, sang suami jadi oleng mengendarai motornya. Banting setir dan selip ban lalu jatuhlah sang istri. Seketika jalanan di depan kamu menjadi ramai.
Kendaraan yang melintas berjalan pelan melihat adegan adu mulut antara suami dan pengendara motor itu. Ada juga pengendara motor yang tengah melintas, berhenti untuk menolong istrinya.
Jalanan yang tadinya lengang di depan kamu berubah menjadi padat dan ramai akan bunyi klakson. Beberapa orang juga ikutan nimbrung untuk melerai mereka yang hampir saling baku hantam.
Seketika itu juga matamu terkesima. Tiada berkedip kamu memandangi tontonan gratis layaknya adegan film action.
Tak berapa lama, datang orang yang berseragam. Bukan Polisi melainkan Satpam setempat. Mereka melerai adegan action itu. Si suami yang masih jengkel belum bisa terima anak muda itu pergi tanpa ada tanggung jawabnya.
Si istri yang sedari tadi menyaksikan suaminya dan anak muda itu saling adu mulut, hanya dapat meringis kesakitan. Syukurlah, si istri tidak ada luka yang serius.
Beberapa menit kemudian, kerumunan orang dan kemacetan mulai terurai. Semua kembali normal seperti biasa. Kemudian kamu meneruskan perjalanan lagi naik angkutan umum ke tempat tujuanmu.
Tuh kan? Cerita begitu saja sudah jadi tulisan. Padahal itu di dapat ketika sedang melamun.
Jangan putus asa untuk menulis. Nanti kamu jadi orang yang pandai bercerita. (*.*)
salam,
Veronica
@g1g1kel1nc1
24 Maret 2016
Arbey menghentikan usaha bunuh dirinya. Ia menatap pria yang berdiri di depannya.
"Biarkan aku mati!" tangis Arbey karena pria itu datang dan melepaskan pecahan kaca itu dari tangannya.
"Apa kamu tega membiarkan ibumu ini menangis dalam kuburnya melihat perbuatan bodohmu?" Arbey terdiam dan hanya mengusap tanah pusara dengan tangannya.
Pria itu adalah tetangga Arbey. Ia datang bersama ibunya. Dengan terbata-bata Arbey menceritakan apa yang terjadi padanya.
Sejak pertemuan itu pria yang bernama Hardy itu mulai dekat dengan Arbey. Hari demi hari mereka menjalani hubungan mereka secara sembunyi. Mereka takut, terutama Arbey dengan statusnya dan terlebih kepada ayahnya.
Sampai suatu hari niat Hardy untuk melamar Arbey tak sanggup lagi ia sembuyikan. Ia menemui ibunya dan memohon bantuannya untuk meminang Arbey menjadi istrinya.
"Kamu yakin dengan keputusanmu itu?" tanya ibunya. "Kamu sudah pertimbangkan dengan matang ,Nak?" Hardy menyatakan siap. Ibunya tidak bisa bertanya apapun kepada anak lelakinya itu.
**
Istri ayah Arbey masuk ke kamar dan dengan paksa ia membangunkan Arbey yang sedang tertidur. "Maaf, Bu. Badanku lemas hari ini."
Istri ayah Arbey pun tidak menunjukkan rasa belas kasih kepadanya. Ia terus memaksa Arbey untuk bangun dan segera melakukan tugasnya di rumah. Ancaman akan diadukan kepada sang ayah membuat Arbey terbangun, walaupun hari itu ia sangat mual.
Arbey tidak ingin ada keributan karena dirinya, diantara ayahnya dan istri barunya itu. Setiap hari sejak dipulangkan oleh mantan suami, Arbey membantu usaha warung milik ayahnya itu. Karena modal dari mantan suaminya yang cukong itu, kini ayahnya membuka sebuah warung kecil.
Pengunjung warung kecil itu semakin hari semakin banyak sejak Arbey tinggal di rumah. Terlebih sejak Arbey kembali ke rumah itu. Para lelaki terutama, sangat ingin dilayani oleh dia.
Sejak kembali ke rumah juga Arbey mengetahui perselingkuhan ibu tirinya. Selama ini tanpa diketahui oleh ayahnya , istrinya itu memiliki hubungan dengan pria dari luar desa. Orang tersebut biasa membawa barang-barang untuk kebutuhan warungnya. Dengan mobil bak terbuka, ia selalu mengantarkan pesanan seminggu dua kali.
Tanpa sengaja, suatu hari Arbey memergoki mereka di dapur sedang bercanda mesra layaknya anak remaja yang dimabuk cinta. Arbey menyimpan rahasia itu dan berusaha mencari waktu yang tepat untuk memberitahukan ayahnya.
Namun naas hari itu, Arbey benar-benar tidak bisa sembunyikan lagi perbuatan mesum mereka. Arbey menyiram mereka berdua dengan air bekas ngepel lantai. "Keterlauan kalian berdua!" teriak Arbey dan membanting ember dekat tempat tidur.
Laki-laki itu yang baru telanjang dada itu panik dan segera berlari dan membekap Arbey. "Kurang ajar kamu, ya. Berani kamu melawan saya?" Suaranya berburu dengan napasnya ditelinga Arbey.
Istri ayah Arbey segera menutupi tubuhnya dengan pakaiannya. "Apa yang harus kita lakukan?" Arbey terus meronta berteriak mi ta tolong. Ia berusaha supaya dapat lepas dari cengkaraman tangan mereka.
"Diaaam!" teriakan keras ibu tiri seakan ingin menelan Arbey. Matanya menatap tajam ke mata Arbey. Mulut Arbey dibekap oleh tangan si pria itu dan ibu tirinya berusaha sekuat tenaga untuk mengikat kaki dan tangannya. Arbey semakin kuat memberontak.
Mereka semakin panik takala terdengar suara tamu yang datang ke warung mereka. Ibu tirinya menemui tamu tersebut. Ia bersikap tenang melayani apa yang mereka beli tanpa menimbulkan curiga apa yang sedang terjadi di dalam rumahnya.
Arbey berusaha untuk untuk melepaskan diri namun tenaga lelaki itu lebih kuat menyeretnya ke dapur. Bunyi gaduh di dapur sempat menimbulkan pertanyaan tamu pembeli warung.
"Mungkin ada kucing berkelahi. Mau belanja apa, Bu?" Ibu tiri Arbey berusaha untuk mengalihkan dengan terus mengajak ngobrol di jalan depan rumah. Selesai melayani tamu itu, ia tak mendengar lagi suara. Segera ia berlari ke belakang.
Arbey tergelak di lantai dan darah segar keluar dari kepalanya. Dan ada bercak darah juga mengalir ke kaki putihnya. Lelaki itu hanya bersimpuh di sisi tubuh Arbey yang tak bergerak. Meja kursi bergeser dari tempatnya, pecahan botol dan piring gelas di atas meja jatuh berantakan.
Pipi pria itu berdarah terbeset benda tajam. "Dia terpeleset dan membentur tembok. Dia sempat memukul kepalaku dengan botol ini." Ia menjelaskan dengan nafas tersengal.
"Apa dia mati?" tanya ibu tiri Arbey panik lalu mengecek jarinya di bawah lubang hidung gadis muda itu. "Kang, cepat kita singkirkan dia. Jangan sampai Ayahnya datang. Bisa dihabisi nyawa kita."
Mereka mulai membagi tugas. Dibereskan segala yang berantakan di dapur. Warung juga di tutup. Dibungkusnya tubuh Arbey dengan kain. Setelah itu , ia membereskan air yang berceceran di kamar tidur depan.
Pria itu mengambil kendaraannya yang biasa dipakai untuk anteran barang. Kini mobil itu di parkir dekat dapur. Biasa dilakukan bila ada yang retur barang. Sebentar beberapa orang lewat dan mereka saling bertegur sapa.
Setelah dilihat kondisi aman, tubuh Arbey dibawa dan di letakkan di bak belakang , ditutupi kain dan barang. Mereka mencari tempat yang sepi untuj membuang tubuh itu.
**
Hardy telah siap malam ini untuk datang menemui calon istrinya. Ia telah mempersiapkan batinnya bertemu dengan calon mertua. Ibunya pun turut mendampingi niat baik anaknya tersebut.
"Pak, Arbey tidak ada!"teriak panik Istrinya itu. " Memangnya kamu tidak tahu ke mana dia pergi?" Ia sedang memulai cerita kebohongannya. Arbey pergi karena dirinya tidak bisa menerima kehadiran ibu baru, pengganti ibu kandungnya. Kata makian keluar deras dari bibir ayah Arbey mengetahui alasan anak perempuannya itu pergi dari rumah.
Mimpi indah jejaka itu akhirnya kandas. Ibunya memandang iba kepada anak lelakinya itu. Ketika di dengarkan calon istrinya pergi. Ada rasa tidak percaya yang dirasa janggal dari ucapan suami istri calon mertuanya.
"Di mana Arbey? Tidak mungkin dia seperti ini. Apa yang sebenarnya terjadi?" batin Hardy sepanjang perjalanan menuju rumah.
** Kira-kira apa yang terjadi ya selanjutnya?? Semoga saya bisa ketemu ide lagi untuk melanjutkan cerita ini hehe..
Coretan by : Veronica Setiawati
@g1g1g1kel1nc1
21 Maret 2016
“Mba Ratna, masa sih bisa lewat pintu gerbang yang dibelakang itu?” seorang ibu menghampiriku ketika aku sedang membuatkan minuman.
“Lewat pintu depan yang dekat supermarket itu saja.”
"Rasanya sudah lama pintu itu ditutup. Memang masih ada penjaganya?” tanya Ibu Ida heran.Apa yang sebenarnya terjadi? Dari cara mereka memandangku pasti ada yang tidak beres. Tetapi tidak ada satupun dari mereka yang berani bercerita. Mereka tetap pura-pura tidak tahu seakan-akan tidak ada masalah, mereka saling pandang satu sama lain.
“ Ada kok. Hampir setiap malam saya bertemu.”Jawaban santaiku
“Aah masa sih Mba?” ternyata jawabanku membuatnya terperangah sampai menutup mulutnya, kemudian ia cepat-cepat meninggalkan dapur dan berkumpul dengan ibu-ibu di depan.
donat. ilustrasi ini |
doc pribadi @papandayan |