Aku sebenarnya tidak begitu percaya dengan kisah-kisah hantu dan sebangsanya itu. Aku malah termasuk manusia rasional dan menganggap hal-hal seperti itu adalah hayalan atau sugesti semata. Sejak rumahku menjadi tempat berkumpulnya arisan ibu-ibu komplek, hatiku tidak bisa tenang memikirkan reaksi aneh dari mereka. Apalagi dengan berbagai kejadian yang aku alami.
Semua ini berhubungan dengan ceritaku yang setiap malam aku pulang kerja selalu melihat penjaga komplek itu. Tidak ada yang aneh menurutku. Aku selalu menyapanya setiap kali dia membukakan portal pintu masuk gerbang komplek walaupun ia tidak pernah membalas sapaku. Wajahnya memang dingin , tubuhnya kurus dan selalu diselimuti jaket hangatnya serta topi rajutan.
“Mba Ratna, masa sih bisa lewat pintu gerbang yang dibelakang itu?” seorang ibu menghampiriku ketika aku sedang membuatkan minuman.
“Lewat pintu depan yang dekat supermarket itu saja.”
"Rasanya sudah lama pintu itu ditutup. Memang masih ada penjaganya?” tanya Ibu Ida heran.Apa yang sebenarnya terjadi? Dari cara mereka memandangku pasti ada yang tidak beres. Tetapi tidak ada satupun dari mereka yang berani bercerita. Mereka tetap pura-pura tidak tahu seakan-akan tidak ada masalah, mereka saling pandang satu sama lain.
“ Ada kok. Hampir setiap malam saya bertemu.”Jawaban santaiku
“Aah masa sih Mba?” ternyata jawabanku membuatnya terperangah sampai menutup mulutnya, kemudian ia cepat-cepat meninggalkan dapur dan berkumpul dengan ibu-ibu di depan.
Mereka ragu-ragu untuk menyampaikannya. Mereka tetap menutupi apa yang sebenarnya terjadi sampai mereka pamit meninggalkan rumahku.
**
Aku adalah penghuni baru di komplek Rahawana ini. Dengan kerja kerasku selama ini akhirnya aku dapat memiliki rumah milikku sendiri. Selama hampir tiga bulan aku tidak datang ke rumah baruku. Urusan keluarga hingga bisnis membuatku kangen ingin melepas lelah di sana.
Aku adalah penghuni baru di komplek Rahawana ini. Dengan kerja kerasku selama ini akhirnya aku dapat memiliki rumah milikku sendiri. Selama hampir tiga bulan aku tidak datang ke rumah baruku. Urusan keluarga hingga bisnis membuatku kangen ingin melepas lelah di sana.
Seperti biasa aku memilih lewat pintu gerbang belakang komplek, tetapi ini kali ditutup. Aku keluar dari mobil dan mencari sosok bapak yang selalu menjaga pintu ini. Jam tanganku masih menunjukkan angka 8 tetapi suasana di sekitar pintu seperti tengah malam, sepi sekali. Aku membalikkan badan menuju mobilku, tiba-tiba aku mendengar pintu berderit seperti dibukakan.
( bersambung )
coretan by veronica setiawati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas komentar anda :)