Sebelum kita menjawab pertanyaan diatas , coba kita ingat
kembali awal mula kita melayani. Ada yang melayani karena ajakan orangtuanya,
pacar/pasangannya. Atau ada juga karena jabatannya yang harus melayani orang ataupun
karena ingin mengisi waktu luang. Ada juga yang melayani karena mendapat
keajaiban dari Tuhan karena telah disembuhkan dari penyakit, dibebaskan dari kesulitan,
selamat dari musibah sehingga ungkapan syukur yang dilakukan adalah dengan mau
melayani. Ada juga harus melayani karena kehilangan orang yang disayang dan
dicintai, sehingga rasa kehilangan tersebut di salurkan untuk menolong mereka
yang juga mengalami hal yang sama seperti dirinya. Dan masih banyak alasan yang
lain.
Kalau di lihat dari awal mula kita melayani orang lain
diluar diri kita, di mulai dari hal-hal yang sederhana. Banyak tokoh yang
memulai karya pelayanan mereka karena hati mereka tergerak untuk membantu orang
lain dari hal yang sepele. Melihat orang yang kelaparan di jalan dan meninggal
sia-sia tanpa ada yang memperhatikan, Ibu Teresa memulai pelayanannya di India.
Hanya karena alasan supaya anak-anak tidak terlibat kerusuhan setiap ada bunyi
tiang listrik di Talehu – Maluku, maka Bapak Sani , tokoh utama dalam film
Cahaya Dari Timur – Beta Maluku, tergerak hatinya mau melatih mereka sepakbola
yang pada akhirnya membawa mereka menjadi pemenang pada pertandingan sepakbola
U15. Dan masih banyak tokoh lainnya yang dapat kita renungkan alasan awal mula
mereka melayani.
Kalau kita menyadari lebih dalam lagi, melayani adalah
sebuah panggilan dari hati nurani kita. Melayani itu bukan ditujukan untuk
kepentingan diri sendiri melainkan untuk sebuah tujuan yang baik, yakni
menolong orang lain supaya hidup lebih baik, yang mungkin bisa jadi lebih baik
dari dirinya sendiri. Melayani, mengajarkan kita sebuah tanggung jawab yang
dikerjakan dengan sukacita dan hati yang penuh gairah. Kita secara bebas
mengikuti panggilan hati kita dan menyatu dengannya, seperti darah dan denyut jantung
yang tidak terpisahkan.
Hidup kita lebih banyak penderitaan, tentulah itulah
kenyataan yang harus kita sadari. Kepahitan hidup dan penolakan serta tuntutan
yang tinggi yang sepertinya tidak terjangkau oleh kemampuan kita selalu membuat
kita putus asa dan ingin mengakhiri hidup. Hal tersebut pun akan kita alami
pula di dalam pelayanan kita dan mungkin kita akan menyalahi apa yang telah
kita lakukan serta merasa sudah sia-sia.
Niat baik yang kita pakai sebagai alasan untuk membantu
orang lain tidak selamanya akan mendapat dukungan yang tulus juga. Dan apa yang
akan kita jalani juga akan terasa berat. Untuk mengucap syukur pun rasanya
tidak ada. Ketika kita dalam keadaan seperti ini, dukungan dari orang-orang
yang mengerti sangat dibutuhkan. Dukungan yang penuh bahwa kita sungguh
dipercayai bisa melakukan dan menyelesaikan tanggung jawab atas tugas pelayanan
ini.
Dan bila kita berada diposisi orang yang memberikan
dukungan. Berilah dukungan yang tulus dan sungguh dibutuhkan sehingga kita
tidak seakan-akan turut menambah beban atau memojokan. Oleh sebab itu kita
butuh kepekaan untuk mengetahui kebutuhan orang-orang seperti itu, seperti
dihargai, diterima, didengarkan, diikutsertakan.
Kembali kepada pertanyaan di atas, disaat yang sulit apakah
kita masih mau meneruskan pelayanan tersebut ataukah kita berhenti dan menambah
luka ke orang-orang yang telah kita layani? kita perlu satu hati, pikiran dan
tujuan ketika melayani. Karena tentulah kita tidak mau apa yang sudah kita
lakukan sebagai panggilan hati ini menjadi usaha yang sia-sia. Kita sadari
bahwa kita manusia terbatas , kita membuka diri dan juga memotivasi diri
sendiri serta orang yang kita layani.
Ketika kita menghadapi hal yang sulit dalam pelayanan, sejujurnya
masalah tersebut akan menentukan kualitas kedewasaan kita secara mental. Kita
melihat kembali apakah jawaban dari panggilan ini apakah pelayanan ini
sungguh-sungguh dari hati , untuk kebaikan orang banyak ataukah hanya sekedar
mencari pujian semu. Apakah hanya ingin melayani ego kita sendiri?
Kesungguhan pelayanan kita diuji pada saat yang sulit dan
berat di dalam pelayanan kita. Keterbukaan terhadap diri sendiri dan membutuhkan
Rahmat Allah menjadi dasar semangat kita untuk kembali pada pelayanan kita.
Sebagai manusia lemah dan gampang jatuh dalam kelemahannya sendiri, kita
membutuhkan dukungan dari Dia, Allah Sang Raja hidup kita untuk menjalani niat
baik dalam pelayanan yang telah kita lalui baik itu di dalam kesulitan maupun
kejayaan.
Kita mohon agar kita dimampukan untuk menyelesaikan tugas
dan tanggung jawab tersebut dan mengucap syukur selalu atas penyertaanNya yang
tiada putusnya. Sehingga hidup pelayanan kita semakin meningkat dan sungguh berkualitas
karena kita telah setia terhadap suatu perkara dan kita telah menyelesaikannya
bersama Tuhan. Dan kita menjadi semakin bersyukur , sehingga hati kita akan semakin
bersukacita dan semakin rendah hati dalam pelayanan selanjutnya karena semua
hanya untuk kemuliaan NamaNya. Karena alasan tersebut maka niat kita melayani
semakin diperbaiki , semakin bermakna dan semakin penuh dengan ucapan syukur.
Bersyukurlah selalu di dalam Tuhan Allah kita, karena kita
turut serta di dalam pelayanan bersamaNya!
Selamat melayani,
Veronica Setiawati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas komentar anda :)