Cinta
diterima atau di tolak?
Dari mana
datangnya cinta? Menurut sebuah syair lagu dari mata turun ke hati. Dan kalau
pepatah Jawa mengatakan Witing
Tresno Jalaran Soko Kulino”. Jalinan asmara karena selalu dan
terbiasa bersama-sama dalam segala hal. Sebenarnya itu juga ada benarnya. Rasa
saling tertarik memang terjadi karena sering bersama dan dalam melakukan kegiatan
selalu bersama hingga terjalin suatu hubungan atau relationship diantara
keduanya.
Apa yang
membuat hati kita menjadi tertarik juga mungkin tidak tau. Mungkin suaranya,
pesonanya, caranya berbicara, atau rasa nyaman yang dirasakan ketika dekat
dengan orang tersebut.
Namun
kisah hati ini bisa saja menjadi tidak menyenangkan bila salah satunya tidak
merespon apa yang dirasakan. Salah satunya menolak dan lebih parahnya apabila
pihak yang ditolak merasa sakit hati dan melampiaskan dendam kepada orang yang
telah menolaknya.
Tidak
semua perasaan yang keluar dari hati kita dapat mendapat balasan yang sesuai
kita inginkan. Adakalanya perasaan itu akan mendapatkan kekecewaan dan
seharusnya sebagai orang yang dikatakan dewasa, sudah siap dengan hal tersebut.
Terima dengan sebulat hati seperti saat merasakan perasaan cinta itu juga
dengan sebulat hati.
Sakit hati
karena penolakan memang membuat kita menjadi malu dan rendah diri. Merasa gagal
dan kalah. Apalagi rasa yang sudah diharapkan tidaj terwujud, hayalan yang
sudah terlanjut di bayangkan ternyata tidak terjadi. Kesal dan marah menguasai
dan timbul dalam pikiran untuk membalaskan rasa sakit kepada orang yang awalnya
disukainya tersebut.
Seandainya
saja, kita dan orang-orang yang sakit hati karena ditolak cintanya itu mau
sedikit menerima tentu tidak akan menjadikan hati kecewa. Kenapa kita bisa
menerima cinta yang hadir di dalam hati tetapi tidak bisa menerima kekecewaan
dari cinta itu sendiri? Seharusnya tidak ada lagi balas dendam kepada orang
yang menolak cinta tetapi membiarkan dia memilih pilihannya sendiri secara
bebas. Seperti cinta itu hadir tanpa dipaksa begitu juga jangan memaksa orang
lain untuk menerima cinta itu.
Saya
pernah mencintai dan juga merasa tertolak karena tidak menerima apa yang seharusnya.
Tetapi saya tidak mau memaksakan orang tersebut untuk membalasa cinta saya.
Sedih memang namun saya sudah mempersiapkan diri saya untuk itu, sehingga
ketika semua tidak seperti yang saya harapkan saya hanya mohon untuk tidak
kecewa. Saya dapat menerima hal tersebut dengan sepenuh hati saya seperti saya
merasakan cinta itu di dalam hati saya.
Akhirnya
saya menyadari, saya tidak bisa memaksanya untuk menerima saya. Cukup merasakan
kelegaan telah mengatakan apa yang ada di dalam hati saya. Seandainya nanti
cinta yang sungguh hadir itu mempertemukan saya, sungguh saya tidak ingin
menjalaninya karena keterpaksaan. Saya ingin menjalanikan secara sukacita
karena saya rela dan senang kepadanya. Bukan karena terpaksa dan dipaksa!
Saya ingin
merasakan cinta yang bebas tetapi tidak membutakan hati nurani saya sehingga
segala-galanya menjadi halal atas nama cinta. Bebas yang membuat saya
mencintainya sepenuh hati saya, menghormatinya dan memungkinkan untuk bersama
selalu.
Ini hanya
coretan kecil yang entahlah mungkin hati saya sedang terpengaruh dari kisah
seorang teman yang terkena masalah karena masalah ini. Dan fatalnya teman saya
ini pun di anggap orang yang mempunyai identitas yang buruk. Entahlah bagaimana
harus mengembalikan nama baik itu sebab cerita mengenai dirinya sudah dibuat
rumors yang tak baik dan membuat orang-orang yang mengenalnya akan tidak
percaya.
Sebuah
pengasingan yang akhirnya diterimanya dan entah kapan akan selesai. Harapan
saya waktu itu ketika kami berbicara adalah carilah kehidupan yang baru dan
lupakan saja jangan memaksakan diri untuk membalas apa yang sudah diperbuat
oleh orang itu. Marah dan kecewa karena merasa ditusuk dari belakang karena
tidak bisa membalas perasaannya memang wajar dan itu sungguh memukul perasaan.
Tetapi, buat saya mempunyai hidup yang baru itu adalah tujuan yang selanjutnya
saya jalani.
Tugas kita
adalah mempertahankan hidup dan bukan membinasakannya. Kita bukan hidup untuk
menghakimi orang lain yang mungkin sudah tidak adil kepada kita. Biarlah itu
tugas dari yang Maha Kuasa saja toh Dia akan melihat dan bertindak bila memang
apa kita rasakan dan jalani itu sungguh benar.
Dari kisah
teman saya itu, rasanya bersyukur bisa mempunyai hati yang bisa mengampuni dan
menerima semua yang pahit itu tanpa harus membalasnya dengan kepahitan. Rasanya
lega banget bisa menjalani hidup itu dan sungguh bisa menikmati hidup tanpa
harus memikirkan bagaimana caranya membuat orang yang telah menolak perasaan
kita cemburu atau marah atau apalah itu. Justru saya dapat lebih focus kepada
tujuan saya sebenarnya dan planning
kedepan untuk masa depan saya dan mudah-mudahan diakhirnya saya dapat
menemukan pasangan hidup saya yang benar dan bukan karena hasil sakit hati atau
kecewa dengan seseorang.
Salam
Veronica
Setiawati
19-07-2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas komentar anda :)